UPT Museum Negeri Mpu Tantular Disbudpar Jatim Gelar Ritual “Jamasan Pusaka”

by

Surabaya Motim – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar ) Jatim UPT Museum Negeri Mpu Tantular mengadakan “Jamasan Pusaka” pada Rabu, 10 Juli 2024. Acara diawali sambutan Sadari S.Sn, kepala UPT Museum Negeri Mpu Tantular.

Ritual jamasan dilakukan oleh Sanggar Lulut Laras Mojokerto bersama Ki Lulut Kateno bersama para stafnya. Acara berlangsung mulai pagi hingga siang hari. Sejumlah benda pusaka seperti keris, pedang dan tombak, dan lain lain dijamas agar tetap bersih dan tidak rusak.

banner 728x90

Pusaka Nogo Sapto ketika di Jamasan di UPT Museum Negeri Mpu Tantular Disbudpar Jatim.

Kadisbudpar Evy Afianasari ST., MMA diwakili oleh Sekretaris dinas Dian Okta Yoshinta, SH, M.PSDM.
Dalam sambutan yang disampaikan Sekretaris Dinas, Kadisbudpar mengaku bahagia dan bangga UPT Museum Negeri Mpu Tantular bisa menyelenggarakan kegiatan “Jamasan Pusaka”. Yaitu, melakukan ritual membersihkan benda pusaka peninggalan masa lalu yang mempunyai nilai sejarah tinggi.

“Kegiatan ini merupakan budaya untuk menjaga dan melestarikan tradisi yang sejak dahulu selalu dilakukan para leluhur kita dengan membersihkan benda pusaka di bulan Suro atau tahun baru Islam dikarenakan benda pusaka yang diciptakan secara tradisional merupakan karya seni bernilai sangat tinggi yang tidak mungkin diciptakan lagi di era sekarang,” katanya.
Dijelaskannya, jamasan pusaka merupakan kegiatan konservasi koleksi museum untuk membersihkan, merawat, memandikan serta memelihara benda pusaka atau keris peninggalan para leluhur pendahulu kita agar tetap terjaga dengan baik dan tidak rusak.
Perkembangan benda pusaka atau keris di Indonesia belakangan ini cukup marak. Hal ini dapat dilihat dengan munculnya produk produk baru yang ikut melestarikan warisan budaya nenek moyang yang memiliki nilai luhur.
“Keris atau benda pusaka adalah karya agung warisan budaya yang sangat dihargai karena eksistensinya serta memiliki daya tarik terhadap masyarakat dunia,” tuturnya.
Dijelaskan oleh Kadisbudpar, keris telah diakui dan ditetapkan sebagai “masterpiece of the oral and intengible heritage of humanity” dari badan dunia UNESCO. Pada tahun 2005, keris diakui dunia sebagai karya agung warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia.
“Dalam budaya Jawa, keberadaan keris atau benda pusaka masih begitu penting. Di samping unik, memiliki nilai estetika, sejarah, dan nilai artistik. Bahkan, juga mengandung nilai magic yang sarat makna simbolik dalam kehidupan masyarakat Jawa,” jelasnya.

Dikatakan, upaya pelestarian warisan budaya ini diharapkan dapat meneguhkan jati diri dan karakter bangsa yang tangguh berbudi luhur, dan berakhlak mulia. Harus juga dipahami jika kekayaan budaya bangsa yang tersimpan di museum merupakan benda budaya yang memiliki nilai-nilai sejarah, warisan budaya adi luhung yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya.

“Fungsi museum yang menyimpan berbagai bentuk benda cagar budaya ini merupakan etalase budaya tempat masyarakat belajar dan mengapresiasi warisan budaya leluhur untuk dijadikan bahan rujukan dalam pembentukan identitas bangsa,” ujarnya.

Oleh sebab itu, kata Kadisbudpar,
fungsi dan peran museum sebagai pusat literasi harus kembali diformulasikan kembali. Peran ini akan berlangsung lebih optimal ketika segala sumber daya termasuk stakeholder museum dilibatkan secara maksimal.
Dengan menyadari begitu pentingnya fungsi museum saat ini, terlebih untuk meningkatkan daya tarik wisata ke museum maka seharusnya museum maka seharusnya museum harus berbenah diri, merenungkan kembali peran, fungsi, dan tujuan museum untuk bisa diterima masyarakat.
Di antara upaya yang bisa dilakukan adalah dengan mempromosikan warisan budaya seperti jamasan pusaka serta kegiatan lain yang melibatkan masyarakat langsung dan komunitas pelestari benda pusaka atau pelaku budaya serta para generasi muda atau pelajar.
Dijelaskannya, tidak hanya upaya mempercantik tampilan wajah, museum harus berupaya membangun kemitraan dengan berbagai pihak termasuk kemitraan yang sifatnya pentahelic.
“Pada akhirnya, ketika sebuah ide ditopang para praktisi yang kompeten maka rumusan pesan yang ingin disampaikan harus dapat memberikan kesan yang mendalam sebagai proses pembelajaran bagi tiap pengunjung yang datang ke museum,” paparnya.
Sejumlah pihak juga diundang pada acara ini. Yakni, camat Buduran, Danramil Buduran, Kapolsek Buduran, kepala desa Sidokerto, dan sejumlah komunitas pecinta pusaka.(*/ady)

banner 728x90

No More Posts Available.

No more pages to load.