Jember, Motim-Ratusan warga di Dusun Bregoh, Desa Sumberejo; dan Dusun Ungkalan, Desa Sabrang, Kecamatan Ambulu, selama empat bulan belakangan harus terganggu aktifitasnya, karena jembatan penghubung antardua desa itu masih dalam tahap perbaikan sejak bulan Juli 202.
Bahkan selama sebulan belakangan ini, ratusan warga itu jika beraktifitas harus melintasi Sungai Mayang selebar kurang lebih 100 meter dengan kedalaman kurang lebih 5-6 meter, dengan menggunakan rakit atau getek.
Pasalnya jembatan darurat sebelumnya yang dibuat oleh warga, tidak bisa digunakan semestinya karena debit air sungai cukup tinggi dan kondisinya rusak.
Warga saat melintas sungai harus membayar jasa perahu getek sebesar Rp 2 ribu sekali melintas. Kondisi ini pun diakui kurang mengenakkan. Karena kebutuhan jembatan penghubung antardua desa itu sangat dibutuhkan warga.
Salah seorang warga Dusun Ungkalan, Desa Sabrang, Susi Solehatin mengaku sering melintasi Sungai Mayang itu dengan menggunakan perahu getek.
“Saya sering lewat sini, karena tidak ada jalan lain dan satu-satunya lewat sini. Apalagi sudah sebulan ini pakai (perahu) getek. Karena (sekitar 3 bulan belakangan), gladak sesek (jembatan darurat dari bambu) itu rusak jadi aksesnya diganti pakai Getek ini,” kata Susi saat dikonfirmasi akan melintasi sungai, Senin (8/11/2022).
Kata Susi, akses jalan melintasi sungai dengan menggunakan perahu getek itu dianggap penting. Karena satu-satunya akses jalan paling cepat untuk melintas antar dua desa.
“Kalau semisal lewat jalan lain ada. Tapi harus mutar jauh kurang lebih 15 km, dan harus lewat hutan. Jalur Lintas Selatan sih. Jadi lebih enak lewat sini,” katanya.
“Dulu kan ada jembatan penghubung, tapi karena masih perbaikan dan belum selesai. Jadi lewat sini,” sambungnya.
Ditanya bagaimana perasaanya harus mengeluarkan uang sebesar Rp 2 ribu sekali melintas, dia mengaku tidak keberatan. Namun jika terus-menerus, akan terasa memberatkan juga.
“Iya tidak apa-apa sih, tapi kan kalau sering lumayan kalau ditotal. Ya semoga saja perbaikan jembatan itu cepat selesai. Jadi aktifitas kembali normal,” kata wanita yang juga berprofesi sebagai guru TK ini.
Sementara itu menurut petugas yang membantu penyeberangan, Basori, adanya aktifitas melintasi sungai mayang itu dengan menggunakan perahu getek sudah ada sejak sebulan belakangan.
“Sebulanan ini ada perahu getek ini. Sebelumnya ada sesek (jembatan darurat dari bambu itu). Tapi karena musim penghujan, debit air pasang surut. Jembatan gantung (darurat) itu rusak dan tidak bisa digunakan. Akhirnya sementara diganti dengan perahu getek ini,” kata pria yang juga akrab dipanggil Abas ini.
Abas mengaku, setiap warga melintas ada tarikan Rp 2 ribu seikhlasnya. Karena untuk melintasi sungai tersebut menggunakan tenaga manusia, untuk menggerakkan perahu.
“Setiap harinya ada sistem piket, sehari ada 5 petugas. Dari pagi sampai malam hari. Waktunya tidak tentu. Tugasnya membantu melintas sungai ini. Jarak tempuhnya kurang lebih 80 meteran,” jelasnya.
Lebih lanjut Abas mengatakan, dalm sehari ada 300 orang yang melintas menggunakan perahu getek tersebut. Sehingga penghasilan per hari dari adanya perahu getek tersebut, kurang lebih Rp 600 ribu.
“Itu belum termasuk gaji (honor) dari petugas (yang membantu menarik perahu getek). Bersih bisa sampai Rp 250 ribu,” katanya. Nantinya uang itu dipakai untuk kegiatan sosial antarwarga.
Untuk melintas, pengguna perahu getek untuk menyeberang adalah pengendara motor. “Mobil tidak bisa. Biasanya yang melintas pengendara motor, membawa hasil pertanian, atau habis mencari rumput untuk pakan ternak. Sekali melintas biasanya 5 – 6 motor,” ujarnya.
“Sebenarnya selain harus menyeberang, ada jalan alternatif. Tapi jarak jauh dan jalanannya becek (licin). Jadi masyarakat lebih memilih lewat sini (melintas sungai menggunakan perahu getek),” sambungnya.
Dari informasi yang dihimpun wartawan, terkait perbaikan jembatan yang dilakukan di wilayah setempat, sudah dilakukan sejak bulan Juli 2021 kemarin.
Perbaikan itu sudah berlangsung selama kurang lebih 4 bulan.
Jembatan penghubung antardua desa itu diperbaiki, karena sebelumnya kondisi jembatan model gantung itu kondisinya miring dan berbahaya jika dilintasi warga setempat. Sehingga dilakukan perbaikan jembatan tersebut.
Wartawan berusaha meminta konfirmasi dari Kepala Desa Sumberejo yang saat ini dijabat oleh seorang Pelaksana Jabatan (Pj).
Pj Kades Sumberejo Samsuri sedang tidak ada di kantornya. Menurut perangkat desa setempat yang enggan disebutkan namanya, Pj Kades Samsuri sudah pulang lebih dulu.
“Pak Pj Kades sudah pulang sekitar jam 1 siang tadi. Karena rumahnya jauh di sekitar Desa Pontang sana,” ujarnya singkat.