Lumajang, Motim-Banyak pelanggan mengeluhkan pelayanan saluran air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang kini berubah menjadi Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Mahameru. Apalagi ketika musim hujan sekarang, saluran air di daerah Pulosari, Dawuhan Lor, Kalisemut dan beberapa tempat lain kerap mati.
Salahsatu warga mengatakan, ketika musim hujan seharusnya air melimpah. Nyatanya saluran air dari Perumda selain sering mati, juga kadang-kadang alirannya kecil atau menyala pada jam-jam tertentu.
“Sekarang kan musim hujan, harusnya aliran air PDAM lebih besar. Ini malah sering mati, sedangkan tagihan tiap bulan tetap. Kami kan merasa dirugikan,” keluh Agung, salah satu pelanggan Perumda.
Penjabat Sementara (Pjs) Direktur Perumda Air Minum Tirta Mahameru, Lukman Hakim ketika dikonfirmasi terkait keluhan masyarakat menuturkan, bahwa tidak semua warga di daerah tersebut menggunakan saluran air dari Perumda Air Minum Tirta Mahameru (Perumdam).
“Di daerah Desa Kalisemut tidak ada saluran dari Perumdam, mungkin dari Pamsimas yang dikelolah desa atau swadaya masyarakat. Untuk Desa Dawuhan Lor ada sebagian yang ikut Pamsimas, tidak semua saluran air minum dari Perumdam, ada batas-batasnya,” jelasnya, Rabu (11/11/20).
Karena kebanyakan masyarakat tidak bisa membedakan mana saluran Perumdam, mana milik Pamsimas atau pun milik swadaya masyarakat. Meski demikian, dirinya tetap merespon dan menampung semua keluhan masyarakat. “Tetap kita respon dan kita tampung, setelah itu baru kita sampaikan ke pengelola yang bersangkutan,” tambahnya.
Aliran air yang tidak kontinyu atau tidak lancar, masih kata Lukman, bisa disebabkan adanya sumbatan pada water meter (meteran air). Seperti tersumbat akar-akar kecil yang ikut terbawa air, atau bisa juga karena sedimen (endapan lumpur) dalam pipa.
“Air yang keluar kecil bisa karena jam puncak, artinya pada waktu-waktu tertentu para pelanggan membuka kran air secara bersamaan. Sehingga debit air yang ada di dalam saluran pipa tersebut, otomatis berkurang dan tidak mencukupi,” katanya.
Sedangkan masalah air yang disebabkan oleh sumbatan, pihaknya bisa mengetahui hal tersebut jika ada laporan dari pelanggan. “Kita bisa tau, yang pertama dari laporan pelanggan yang bersangkutan dan atau setelah dilakukan pengecekan saluran,” ucapnya.
Logikanya kan kalau musim hujan seharusnya air melimpah. Namun kenyataan di lapangan jauh berbeda. “Air dari Perumdam kan tidak bisa mengalir sendiri, kita masih bergantung dengan listrik dari PLN untuk mengalirkan air. Karena musim hujan, PLN juga sering mati sehingga air dari Perumdam ikut terkendala, walau pun pakai genset tetap tidak bisa optimal,” pungkas Lukman. (cw7)