Bondowoso, Motim-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bondowoso berkomitmen akan mengadakan stimulasi pendakian di Bukit Piramid, Kecamatan Curahdami. Karena pendakian di kawasan tersebut yang terkenal dengan sebutan punggung naga itu dinilai sangat ekstrim yang telah kembali memakan korban hingga meninggal dunia saat mendaki kesana, pada Minggu (9/8) kemarin. Yakni salah seorang pelajar bernama Arik Multazam (18) yang duduk di bangku sekolah kelas XII SMAN 1 Tenggarang itu.
Hal tersebut disampaikan Wakil Bupati Bondowoso H Irwan Bachtiar Rahmat, usai melakukan takziah ke rumah duka di Gang ABC, Kelurahan Dabasah, Senin (10/8).
“Lahannya sangat ekstrim, ini butuh keahlian khusus. Sehingga kalau memang mau dibuka sebagai lahan wisata. Kita akan menyiapkan pemandu wisatanya. Supaya bagi pendaki betul-betul aman,” katanya.
Wabup Irwan mengaku, bahwa sebenarnya pasca kejadian sebelumnya, pendaki bernama Thoriq Riski Maulidan pada akhir bulan Juni 2019 lalu, pihaknya telah melakukan penutupan dengan portal. Namun memang masih banyak yang masuk untuk mendaki.
“Sudah ditutup, tapi masih banyak orang yang datang bukit Piramid,”katanya.
Karena itulah, kejadian ini menjadi sebuah masukan kepada Pemerintah Kabupaten Bondowoso, dan segera berkoordinasi dengan Perhutani untuk melakukan penutupan.
Wabup Irwan berharap, kepada masyarakat yang hendak mendaki ke bukit Piramid tersebut, agar didampingi oleh orang-orang yang betul-betul mempunyai keahlian mendaki. Tak hanya itu kata dia, apabila ingin ke Puncak bukit Piramid maka haruslah betul-betul mempersiapkan secara mental dan harus didampingi oleh pemandu yang berpengalaman.
Pada kesempatan itu, atas nama Pemerintah dan pribadi Wabup Irwan juga menyampaikan duka citanya atas meninggalnya ananda Arik Multazam.
“Yang pertama saya atas nama pemerintah daerah kabupaten Bondowoso menyampaikan bela sungkawa, duka cita yang mendalam atas berpulangnya mas Multazam. Saya juga mengucapkan berduka cita bagi keluarga yang ditinggalkan. Semoga diberikan keikhlasan,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pariwisata, Disparpora Kabupaten Bondowoso, Arif Setyo Rahardjo, menjelaskan, bahwa pendakian bukit Piramid belum menjadi destinasi wisata yang dikelola oleh Pemkab, bahkan belum dikelola oleh Pemerintah Desa setempat.
“Jadi belum ada pengelolanya. Belum kita tetapkan sebagai destinasi wisata yang dikunjungi wisatawan,”jelasnya.
Menurutnya, para pengunjung yang melakukan pendakian kesana tidak ada pemberitahuan ke Disparpora. Hal ini kata dia, berbeda dengan pendaki ke bukit Raung dan Ijen.
“Area disana juga kewenangannya ada di Perhutani, dan BKSDA,” urainya.
Kata dia, area yang kewenangannya ada di Perhutani dan BKSDA maka pihaknya harus membuat perjanjian kerjasama antara Disparpora, Perhutani, LMDH (Lembaga Masyarakat Daerah Hutan).
Sementara untuk Bukit Piramid atau punggung naga kata dia, masih diproyeksikan untuk digarap, karena ada banyak pertimbangan.
“Karena memang masuk dalam kategori minat khusus, dengan resiko besar. Sehingga penting untuk dilakukan tahapan-tahapan,” terangnya.
Untuk menghindari jatuhnya korban lagi, maka jalur pendakian akan ditutup untuk dilakukan pengkajian ulang secara komprehensif antar kedua belah pihak.
“Jadi sama prosesnya seperti Kawah Ijen, Kawah Wurung, Solor, Tancak Kembar, Megasari. Jadi sebelum dibuka, ada kajiannya juga,” pungkasnya.