Gubernur Ingatkan Pentingnya Jalur Evakuasi

by -

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau lokasi terdampak gempa M 5 di Jember. Khofifah datang ke Dusun Watu Ulo, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu. Lokasi itu merupakan wilayah terparah terdampak gempa yang terjadi pada Kamis (16/12) pagi.

Dalam kesempatan itu, Khofifah mengigatkan pentingnya jalur evakuasi jika sewaktu-waktu bencana gempa terjadi. Terutama bagi masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir.

banner 728x90

“Pada dasarnya, Ibu Kepala BMKG sudah dua kali menjelaskan tentang beberapa hal yang harus di mitigasi secara serius oleh (wilayah) Jawa Timur. Itu juga dilakukan kepada provinsi yang lain,” kata Khofifah saat dikonfirmasi usai rapat koordinasi, Sabtu (18/12/2021).

Khofifah menjelaskan, dari informasi yang disampaikan BMKG, Jawa Timur berada pada wilayah patahan lempeng bumi (ring of fire), yang rentan menyebabkan gempa.

“Patahan itu pada peta, tidak hanya di wilayah Jawa Timur, tetapi juga wilayah lain (selatan Pulau Jawa). Sehingga menjadi kewaspadaan yang sudah harus terkonfirmasi dengan para kepala daerah setempat,” katanya.

Terlebih lagi, lanjut Khofifah, terkait early warning yang jauh hari sudah disampaikam BMKG. Soal potensi Megathrust.

“Terkait potensi Megathrust itu, Ibu kepala BMKG pun sudah melakukan penjajakan. Sesuatu yang tidak diharapkan,” katanya

“Tapi semisal nanti terjadi, potensi tsunami dengan tinggi kurang lebih 29 meter. Maka (mitigasi bencana yang dilakukan) kira-kira masyarakat kalau melakukan evakuasi titik mana (lokasi aman), dan berapa menit (upaya menyelamatkan diri),” sambungnya.

Dari upaya mitigas bencana itu, Khofifah meninjau langsung soal jalur dan rambu-rambu titik evakuasi penyelamatan.

“Dari BMKG sudah melakukan, nah kami (Pemrpov Jatim) juga melakukan (pengecekan) hal yang sama. Titik evakuasi mana yang paling aman dan cepat,” tandasnya.

Khofifah Ingatkan Early Warning System, dan Masyarakat Khususnya di pesisir pantai untuk waspada.

“Gempa yang berpotensi tsunami, pada dasarnya sudah menjadi Early Warning System (sistem alarm kewaspadaan). Karena beberapa menit setelah terjadinya gempa, itu potensi tsunami akan muncul. Itu pada titik gempa yang berpotensi tsunami. Maka dari itu kalau 29 meter tsunaminya, kita butuh waktu paling lambat 20 menit,” kata Khofifah.

Sehingga dari hal itu, lanjut Khofifah, harus ada percepatan terkait proses evakuasi yang dilakukan masyarakat. Khususnya wilayah yang berpotensi terdampak gempa ataupun tsunami yang terjadi berikutnya.

“Harus disiapkan titik evakuasi yang bisa dijangkau selama 20 menit itu dimana. Kita tentu berharap semua aman dan selamat,” katanya.

Sehingga dari titik-titik lokasi potensi gempa yang berpotensi tsunami, sesuai yang sudah dianalisa oleh BMKG.

“Maka titik-titik evakuasinya sudah harus ditentukan dimana. Kita hari ini ke Jember untuk memastikan itu, juga harus memastikan juga. Bahwa titik evakuasi itu mereka (masyarakat) sudah faham,” sambungnya.

Sehingga sebagai upaya mitigasi bencana, lanjut wanita yang pernah menjabat sebagai Mensos RI ini, mitigasi bencana juga akan ditetapkan juga jalur, rambu-rambu, dan titik lokasi aman tempat evakuasi.

“Ini yang harus disosialisasikan, titik evakuasi, titik pengungsian disana. Penanda-penandanya (rambu-rambu) harus terang dan jelas. Seperti yang terjadi di Lumajang (Gunung) Semeru. Sebetulnya titik papannya sudah jelas dan terang terbaca. Karena adanya panas guguran dan awan lebat, ditambah suasana awan yang gelap, jadi relatif (masyarakat) panik,” ulasnya.

“Maka sosisalisasi secara terus menerus menjadi penting, supaya masyarakat tidak menjadi panik. Menjadi penting juga, standar bangunan yang tahan gempa, ini yang harus di pahami oleh masing-masing daerah. Sehingga nanti mitigasi bencana akan menjadi upaya yang terus dilakukan,” pungkasnya. (*)

banner 728x90

No More Posts Available.

No more pages to load.