Jember, Motim-Polisi masih terus menyelidiki pelaku pengeroyokan dan pembacokan, yang menewaskan Rizal Muafikal Halim (29) warga Dusun Krajan II, Desa Kasiyan Timur, Kecamatan Puger.
Sebelumnya, Rizal tewas usai dikeroyok dan dibacok sekitar 4 orang di area Persawahan Dusun Penitik, Desa Wonosari, Kecamatan Puger, Senin (14/3/2022) sekitar pukul 16.00 WIB.
Saat aksi sadis itu terjadi, ada seorang warga bernama Iksan (60) yang saat itu duduk di warung tak jauh dari lokasi kejadian.
“Ada empat orang naik motor langsung turun menghentikan mobil korban. Dua orang langsung berdiri di samping kanan mobil,” kata Iksan, saat diwawancara langsung Motim di lokasi kejadian, Selasa (15/3/2022).
Kemudian, lanjut Iksan, satu orang berperawakan tinggi gemuk menghampiri dan mengetuk pintu mobil korban.
“Dia (pelaku berperawakan tinggi gemuk) pakai bahasa jawa nyuruh korban ‘Mudun’ (turun),” katanya.
Begitu turun, korban langsung dipukul dengan tangan kosong beberapa kali mengenai wajahnya.
Karena lawan yang tak seimbang, korban kemudian lari ke area persawahan.
Namun, tiga pelaku melakukan pengejaran.
“Tiga orang itu ngejar korban, sementara yang bacok masih berdiri dekat mobil pegang Celurit yang masih dibungkus kain,” kata Iksan.
Begitu melihat korban jatuh di area persawahan, salah satu dari tiga pelaku itu memanggil pelaku yang masih berdiri dekat mobil.
“Ayo sini, bacok wes,” kata Iksan, menirukan ucapan pelaku yang memerintahkan membacok dengan menggunakan bahasa madura.
Selanjutnya, orang dengan perawakan tinggi gemuk itu datang dan langsung membacok korban.
“Korban masih bisa berdiri, namun dipukuli pakai sandal,” katanya.
Begitu korban jatuh, dia dibacok lagi dan mengenai pinggulnya dengan luka cukup parah.
Melihat korban ambruk bersimbah darah, para pelaku itu langsung pergi meninggalkan lokasi.
Menurut Iksan, saat itu korban kondisinya masih hidup dan langsung dibopong kepinggir jalan oleh warga.
“Tapi karena lukanya parah, kayaknya korban meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit,” katanya.
Iksan mengaku tak bisa melerai penganiayaan itu karena selain takut, dirinya juga kondisinya tidak sehat.
“Saya kan ada paru-paru dan jantung, jadi gak bisa membantu saat korban diserang,” pungkasnya. (dany)