Jember,Motim
Tingkat penghunian kamar hotel setara bintang di Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada November 2022 mencapai 60.22 persen. Para tamu pun lebih lama menginap dibandingkan pada Oktober 2022.
“Dengan kata lain dari tiap 100 kamar yang disediakan oleh seluruh hotel setara bintang di Jember setiap malamnya sebanyak 60 sampai 61 kamar di antaranya telah terjual,” kata Chandra Bhirawa, Ketua Tim Distribusi Teknologi Informasi dan Pariwisata Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, ditulis Selasa (3/1/2023).
“Usaha jasa akomodasi merupakan salah satu penunjang dalam penyelenggaraan kegiatan di suatu daerah, utamanya untuk pariwisata. Tingkat penghunian kamar (TPK) merupakan salah satu indikator yang dapat mencerminkan tingkat produktivitas usaha jasa akomodasi. Jika TPK besar dan cenderung mendekati 100 persen, maka dapat diartikan bahwa sebagian besar kamar akomodasi laku terjual,” tambah Chandra
Sementara itu rata-rata lama menginap tamu pada November 2022 mengalami kenaikan dari 1,37 hari pada Oktober menjadi 1,42 hari. Namun rata-rata lama menginap ini masih lebih rendah daripada rata-rata tingkat Jawa Timur yang mencapai 1,56 hari. Komposisi tamu pengunjung hotel setara bintang tersebut masih didominasi tamu domestik yakni 99,65 persen dan 0,35 persen tamu asing.
Dilihat dari tren, tingkat penghunian kamar hotel di Jember sepanjang 2022 cenderung meningkat. Januari 2022, tingkat penghunian 40,41 persen. Tingkat penghunian terendah terjadi pada April sebesar 33,03 persen. Sejak Agustus, tren meningkat terlihat dari 41,71 persen, menjadi 46,08 persen (September), dan 52,36 persen (Oktober).
Terpisah, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia Jember Hasti Utami menyarankan, agar semua program pariwisara pemerintah daerah dikolaborasikan dan disinergikan agar bisa menarik minat wisatawan untuk datang dan menginap.
“Pemerintah Kabupaten Jember harus memberikan peran lebih besar kepada para stakeholder. Jember punya banyak pejuang pariwisata yang sudah berhasil dan terbukti bisa mengembangkan kawasan wisata secara mandiri. Benar-benar mandiri. Kalau merangkul mereka, pemerintah bisa menghemat anggaran,” katanya. (sp)