Surabaya Motim – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berharap RSUD Dr. Soetomo Surabaya dapat mengurangi jumlah pasien dari Indonesia yang berobat ke luar negeri seiring didapatnya status General Academic Teaching Hospital dari Joint Commission International.
Gubernur Khofifah saat meresmikan layanan unggulan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Jumat petang mengatakan didapatnya status ini merupakan penghargaan dan menjadi pengakuan luar biasa karena hanya ada 66 rumah sakit di dunia yang masuk kategori tersebut.
“Berikutnya adalah bagaimana kita mengurangi pasien berobat ke luar negeri. Pada tahap tertentu kita justru akan menjadi referensi bagaimana layanan rumah sakit berstandar internasional dan mengurangi potensi pasien untuk berobat ke luar negeri,” tuturnya.
“Bahkan sebaliknya, sangat mungkin kemudian pasien yang semula dilayani di rumah sakit luar negeri justru akan ke RSUD Dr. Soetomo,” ucapnya.
Di Indonesia, kata Khofifah, RSUD Dr. Soetomo menjadi satu-satunya rumah sakit yang mendapat status General Academic Teaching Hospital.
“Tentu kami berharap ini akan menjadi role model, bahwa ada kompetensi yang sangat teruji secara internasional yang dimiliki Soetomo. Kalau sebelumnya low profile, sekarang sudah harus di bahwa ada sangat banyak layanan unggulan yang sudah disiapkan dan sudah beroperasi di Soetomo,” katanya.
Adapun untuk layanan unggulan yang diresmikan bersamaan dengan Hari Ulang Tahun ke-85 rumah sakit milik Pemprov Jatim itu turut diharapkan menjadi bagian penting dan menjadi tonggak sejarah.
“Ini penting. Kita harus percaya diri, pasien juga harus percaya diri, bangsa ini harus percaya diri bahwa ada referensi layanan rumah sakit yang sudah diakui oleh Joint Commission International, ini tidak sederhana,” terangnya.
Sementara itu, Direktur Utama RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Prof. Dr. Joni Wahyuhadi mengatakan adanya layanan unggulan ini merupakan keinginan dari Gubernur Khofifah Indar Parawansa sejak 2019 untuk mengurangi jumlah pasien dari Jatim yang berobat ke luar negeri.
RSUD Soetomo menjadikan gedung yang dahulu digunakan untuk transplant bersama Graha Amerta menjadi Paviliun Indraprasta dengan alat bantuan dari Pemprov Jatim, dana fungsional rumah sakit dan Kementerian Kesehatan.
“Saya bisa katakan apa yang bisa dikerjakan di Singapura, kita bisa kerjakan. Karena dokter kita luar biasa. Untuk bedah saraf, apa yang dikerjakan di Jerman kita bisa, apa yang dikerjakan di Jepang kita bisa,” jelasnya.
Selain itu, Soetomo mempunyai alat lengkap untuk bedah tulang, bedah perut untuk operasi invasif, operasi dengan luka kecil, operasi empedu, operasi tumor di usus.
“Semuanya dengan sayatan kecil pakai endoskopi di Soetomo bisa. Jadi di sini nanti orang yang biasa ke luar negeri kita ajak untuk menikmati Soetomo. Kalau di Singapura biayanya Rp100 juta di sini di bawahnya, karena ini tugas Soetomo,” pungkasnya.(ady)