Surabaya Motim – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Prof. Dr. dr. Erwin Astha Triyono, Sp.PD-KPTI, FINASIM. mengajak masyarakat untuk meningkatkan jumlah konsumsi protein hewani, utamanya bagi bayi dan anak-anak. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya stunting.
Ajakan tersebut sejalan dengan tema besar peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) ke-64 Tahun 2024, yang diusung pemerintah pusat yaitu ‘MP-ASI Kaya Protein Hewani Cegah Stunting’.
Prof. Erwin mengatakan, 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak merupakan momen penting dimana asupan gizi optimal sangat diperlukan guna mendukung tumbuh kembang. Oleh sebab itu, protein utamanya yang berasal dari hewan, diharapkan bisa diberikan secara maksimal oleh para orang tua.
“Protein hewani memiliki peran krusial dalam mendukung pertumbuhan dan pemulihan tubuh. Dibandingkan protein nabati, protein hewani mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap dan mudah diserap oleh tubuh. Sehingga sangat baik untuk mencegah stunting,” tutur Prof. Erwin saat ditemui usai membuka Seminar Kesehatan dalam rangka Peringatan Hari Gizi Nasional ke-64 di Dinkes Jatim pada Rabu (07/02).
Berdasarkan data Survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Jatim terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Tercatat pada tahun 2020, prevalensi stunting di Jatim mencapai 25,6 persen. Kemudian tahun 2021 turun 23,5 persen, dan di tahun 2022 kembali turun menjadi 19,2 persen.
Tren turunnya prevalensi stunting ini, disebut Prof. Erwin tidak lantas membuat lengah. Ia menegaskan bahwa Dinkes Jatim bersama lintas sektor terkait akan terus berkomitmen dalam upaya pencegahan dan penurunan angka stunting hingga mencapai target penurunan stunting nasional pada tahun 2024 sebesar 14 persen.
Untuk itu, Prof. Erwin mengingatkan perlunya dukungan dan komitmen dari lintas sektor dan mitra terkait serta dukungan dari seluruh masyarakat untuk percepatan penurunan stunting. Salah satu Upaya yang perlu digalakkan adalah Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) sejak balita usia 6 sampai 23 bulan. Pemberian MP-ASI harus adekuat yaitu sesuai dari segi umur, frekuensi, jumlah, tekstur dan variasi makanan.
Lebih lanjut ia menjelaskan, stunting atau kondisi anak mengalami gangguan pertumbuhan akibat dari masalah gizi kronis. Sebelum menjadi stunting, terlebih dahulu balita mengalami beberapa fase, antara lain weight faltering, underweight dan wasting. Oleh karena itu, sebetulnya stunting dapat dicegah jika dilakukan intervensi lebih awal.
Untuk itu, Prof. Erwin mengajak masyarakat untuk selalu rutin membawa balita untuk datang ke Posyandu setiap bulan agar bisa dipantau pertumbuhan dan perkembangannya, jika berat badan atau tinggi badannya tidak naik harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk dilakukan analisa lebih lanjut permasalahan yang terjadi pada balita.
Selain itu semua balita terutama yang mempunyai masalah gizi harus diberikan makanan pendamping ASI kaya protein hewani. Sebab, protein hewani mengandung mikronutrien yang dibutuhkan untuk menunjang perkembangan otak balita.
“Para orang tua harus tahu, bahwa sumber protein hewani sangat bervariasi. Yang paling bagus memang daging merah, namun daging ikan, daging ayam bahkan telur bisa menjadi opsi yang lebih ekonomis,” terangnya.
Untuk menghasilkan SDM unggul maka diperlukan treatment dan persiapan khusus sejak dini, salah satunya adalah pemenuhan gizi pada remaja perempuan. Sebagai calon Ibu, para remaja perempuan harus disiapkan kesehatannya, salah satunya dengan didorong untuk mengonsumsi makanan sehat dan Tablet Tambah Darah (TTD) 1 kali seminggu.
“Jika kita dapat memaksimalkan remaja perempuan untuk mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang dan TTD, diharapkan bisa menjadi investasi. Kelak saat mereka hamil, mereka dapat melahirkan generasi yang sehat dan cerdas.” tutur Prof. Erwin
Lebih lanjut, Prof. Erwin menjelaskan bahwa seminar kesehatan yang dilaksanakan pada hari ini bertujuan untuk menggencarkan informasi dan promosi kepada masyarakat tentang pentingnya MP-ASI yang kaya protein hewani dalam percepatan penurunan stunting serta meningkatkan komitmen dan kerja sama antara pemerintah baik sektor kesehatan maupun non kesehatan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, serta swasta dalam rangka kampanye pencegahan stunting dengan protein hewani.
Acara ini diikuti dari berbagai unsur terkait mulai dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Rumah Sakit Provinsi, UPT Dinkes Prov Jatim, TP PKK Jatim, Baznas, CSR, Perwakilan Ormas, Kwarda Jatim, UNICEF, Perwakilan Perguruan Tinggi dan Perwakilan Organisasi Profesi. Sedangkan yang daring diikuti oleh seluruh pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas.
Prof. Erwin mengharapkan komitmen dari seluruh masyarakat, lintas sektor dan mitra terkait untuk bersama-sama mewujudkan Indonesia Emas melalui generasi yang sehat dan unggul.
“Mari kita wujudkan cita-cita besar menuju Indonesia Emas 2045. MP-ASI Berkualitas untuk Generasi Emas,” pungkasnya.
Terdapat 4 (empat) materi yang disampaikan dalam seminar tersebut yaitu :
1. Peran MP-ASI Kaya Protein bagi Tumbuh Kembang Balita dalam Pencegahan Stunting oleh Dr. dr. Nur Aisyah, Sp.A(K)
2. Manajemen Pengelolaan MP ASI sebagai Makanan Tambahan Balita dalam Penurunan Stunting di Kota Surabaya oleh Kepala Bidang Kesmas Dinkes Kota Surabaya
3. Standar MP ASI sebagai Makanan Balita untuk Pencegahan Masalah Gizi oleh DPD Persagi Jatim
4. Sharing Informasi Optimalisasi Konsumsi Ikan Untuk Pemenuhan kebutuhan Protein sebagai Upaya Pencegahan Stunting melalui Modifikasi Ikan Tuna & Tempe oleh Dr. Ir. Luiki Mundiastuit, M.Kes -Stikes Hang Tuah Surabaya.(*/ady)