Surabaya Motim – Dishub (Dinas Perhubungan) Jatim menyelenggarakan apel Gelar Pasukan persiapan mudik lebaran 2024 di lapangan Dishub Jatim kawasan menanggal pada kamis 28 Maret 2024.
Apel tersebut diikuti oleh jajaran pejabat dari Kabid hingga kepala UPT serta ratusan ASN Dinas Perhubungan Jawa Timur.
Dalam Sambutanya Kepala Dinas Perhubungan Jawa Timur DrNyono, ST, MT menuturkan bahwa beberapa perencanaan dalam memberi pelayanan terbaik bagi masyarakat yang salah satunya adalah didirikannya Posko lebaran yang rencananya dibentuk pada 1-19 April 2024.
Selain itu Kadishub mengintruksikan bahwa pihaknya ingin mempunyai program Quick Respon yang menangani permaslahan di lapangan khususnya pada sektor transportasi.
Quick Respon tersebut berfungsi sebagai upaya pemantauan pada daerah rawan kecelakaan, yang diharapkan bisa menekan angka kecelakaan seminimal mungkin. Program Quick Respon ini menerima laporan yang bersifat urgent untuk bisa di tanggapi oleh personil Dishub yang direspon dengan cepat.
Dishub Jatim bersama Personil Sat PJR akan saling berkordinasi untuk rencana memaksa para pemudik untuk memasuki rest area Tol Ngawi. Langkah ini mengingat bahwa di area tersebut merupakan titik jenuh/titik lelah para pengemudi dari arah Jakarta menuju kota Surabaya.
“Kami juga akan mengintruksikan UPT kami untuk berkordinasi dengan Sat PJR Jatim untuk memaksa para pengemudi pemudik untuk masuk rest area tol Ngawi. Karena rest area ngawi menurut penelitian ,merupakan titik jenuh para pengemudi dari Jakarta menuju jatim”
“Karena tingkat kecelakaan di Jatim tertinggi, karena disitu titik lelah pengemudi yakni di area Tol Ngawi. Nantinya Dishub akan menghalau mereka Karena pengemudi sering mengalami kelelahan”. Tuturnya.
“Biasanya pengemudi berasumsi bahwa jika sampai Ngawi, biasanya meremehkan bahwa sudah masuk Jatim, padahal masih 2 jam lagi perjalanan menuju Surabaya. Hal tersebut yang bisa mengakibatkan lelah dan terjadi Fatalitas”. Jelasnya.
“Bahwa penyebab kecelakaan yang selama ini terjadi terdapat beberapa faktor yang jadi penyebabnya. Yaitu faktor pra sarana berkeselamatan. Kemudian sarana berkesalamatan dari lintas darat, laut, penyeberangan dan udara.
Menurutnya, sarana keselamatan harus layak jalan dengan cara di cek yang diantaranya melalui Uji kir, sertifikasi dll. Kemudian terdapat faktor pengemudi atau human yang harus memenuhi sop yang harus dipatuhi.
“Dalam Perjalanan setelah 4 jam mengemudi, harus istrahat. Kalau dipaksakan bisa tidak terkontrol. Dengan kondisi kelelahan para pengemudi memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Ini yang membuat fatalitas naik signifikan” terangnya.
Sementara itu, Nyono menyampaikan sesuai intruksi Kapolda Jatim Irjen Imam Sugianto bahwa selama arus mudik dan balik lebaran dituntut untuk zero accident di perlintasan sebidang/perlintasan kereta api.
Lanjut Kadis , bahwa perlintasan dijalan provinsi semua sudah berpalang pintu, sedangkan masih terdapat hingga 500 an perlintasan sebidang kabupaten/kota di Jatim yang belum berpalang pintu.
“Pemprov Jatim akan saling bahu membahu agar segera dibangun dan dijaga perlintasan tersebut. Kami ingin seluruh perlintasan sebidang di jaga, terutama perlintasan double track yang potensi kecelakaan lebih tinggi. Serta perlintasan traffict nya tinggi, dan titik perlintasan yang jarak pandang masinis terbatas karena terhalang oleh bangunan, pohon dll”.imbuhnya.(*/ady)