Jember, Motim – Petani di Jember terpaksa menggunakan pupuk ‘abal-abal’ untuk memenuhi kebutuhannya terkait musim tanam yang dilakukan dalam kurun waktu dua minggu ini.
Penggunaan pupuk hasil home industri yang tidak jelas pabriknya ini, terpaksa menjadi alternatif pilihan untuk pertanian, karena harganya yang murah dianggap dapat membantu petani mengganti kesulitan sementara terkait pupuk subsidi yang tidak jelas kapan bisa diterima.
Namun demikian, ancaman gagal panen pun menjadi bayangan buruk para petani. Karena disadari mereka, pupuk abal-abal nantinya malah menyebabkan hasil produksi pertanian merosot.
“Nah karena (pupuk) subsidi tidak ada ini, jadi ladang empuk untuk menari di atas penderitaan petani. Jadi mirip-mirip (pupuk) punya PT. Petrokimia Gresik, yang kandungannya kurang jelas, petani pun (terpaksa pilih memakai) melihat harganya murah, mirip dan pokoknya (desain tulisan) sama. Ya dipakai,” kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember Jumantoro saat dikonfirmasi melalui ponselnya, Selasa (15/9).
Jumantoro mengatakan, penggunaan pupuk abal-abal itu terpaksa dilakukan, karena pupuk subsidi tidak ada kejelasan. Selain itu, para petani juga bertaruh tentang hasil produksi pertanian yang dilakukan.
“Kan sudah dua minggu ini, kebutuhan pupuk subsidi tidak bisa diakses. Jadi apa yang ada (pupuk yang dipakai) ya dibeli. Mau beli yang (pupuk bermerek) non subsidi mahal harganya, padahal tanamannya butuh dipupuk,” ujarnya.
Sementara itu, untuk membeli pupuk non subsidi, katanya, petani tidak memiliki cukup modal.
“Saya jamin, (prinsip pertanian) 6 tepat tidak akan terlaksana, yakni tepat jumlah, tepat jenis, tepat kualitas, tepat harga. Katanya untuk meningkatkan hasil produksi kan gitu,” tukasnya.
Kondisi inipun dinilai Jumantoro menjadi persoalan yang sangat merugikan bagi petani.
“Sebenarnya sudah lama terpaksa penggunaan dan peredaran pupuk abal-abal ini, di seluruh kecamatan se Kabupaten Jember. Pilihan ini (pakai pupuk abal-abal) terpaksa, ya akhirnya penurunan hasil produksi yang nantinya terjadi,” katanya.
Menyikapi hal ini, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Pertanian (TPHP) Jember Satuki masih belum bisa dikonfirmasi. Dihubungi lewat sambungan telpon di ponselnya tidak dijawab.
Sementara dikirimi pesan singkat lewat percakapan Whatsapp, juga belum dijawab dan dibaca.
“Ya cobalah segera ada solusi, karena persoalan pertanian ini harus mendapat jawaban pasti. Apalagi soal kebutuhan pupuk ini. Sebagai awal untuk proses tanam,” sambung Jumantoro.(ym)