Jember, Motim – Ratusan mahasiswa yang menamakan dirinya Aliansi Jember Menggugat (AJM) melakukan aksi turun jalan yang dipusatkan di Taman Bundaran DPRD Jember, Sabtu (17/10). Aksi dari 25 aliansi mahasiswa se Kabupaten Jember itu dimulai dari pukul 19.00 WIB, dan merupakan lanjutan dari aksi sebelumnya, dengan memasang ratusan lilin.
Apa yang dilakukan itu merupakan bentuk aksi damai dan solidaritas dengan tetap membawa pesan yang sama, menolak Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang telah disahkan DPR RI.
Ratusan mahasiswa itu mengungkapkan, aksi lanjutan itu sebagai bentuk perjuangan agar UU Cipta Kerja dibatalkan karena dinilai merugikan rakyat Indonesia. Juga sebagai bentuk protes atas bentuk represif yang dilakukan aparat keamanan.
“Kita di sini sebagai bentuk aksi damai dan aksi solidaritas karena kita menolak dengan bentuk represif yang dilakukan aparat,” kata Korlap Aksi Nuria Fina Maulida saat dikonfirmasi disela aksinya.
Fina menjelaskan, dengan aksi damai yang dilakukannya, pihaknya berharap pesan penolakan UU Cipta Kerja tetap menjadi fokus agar segera direalisasikan oleh DPR RI dan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
“Kami akan terus melakukan aksi lanjutan jika tuntutan kami tidak dipenuhi, (dengan membatalkan UU Cipta Kerja itu). Bahkan kenapa aksi ini kami lakukan pada malam hari, agar masyarakat Indonesia khususnya di Jember tahu, jika mahasiswa tetap tidak berhenti untuk menyuarakan keadilan, dan bentuk mengheningkan cipta,” jelas wanita dari Aliansi BEM IAIN Jember itu.
Menurut Fina, aksi solidaritas dan unjuk rasa damai dilakukannya pada malam hari. Agar pesan perjuangan penolakan UU Cipta Kerja tersampaikan dengan baik dan dapat langsung mengena kepada masyarakat.
“Kan di bundaran DPRD ini pusat keramaian, jadi aksi yang kami lakukan bisa tepat tersampaikan pesannya kepada masyarakat,” tegasnya.
Bahkan jika dikatakan oleh pejabat berwenang atau pemerintah pusat aksi penolakan UU Cipta Kerja ditunggangi kepentingan politik lain.
“Bagi kita (aksi yang dilakukan) jika dikatakan ada tunggang menunggang. Bagi kita tidak ada. Yang benar adalah aksi kita satu-satunya, yang menunggangi adalah rakyat. Untuk kepentingan rakyat,” tukasnya.
Pantauan wartawan di lokasi aksi, secara bertahap mahasiswa mulai menyemut di lokasi aksi dan bergabung dengan rekan-rekannya untuk ikut dalam aksi itu.
Mereka menyampaikan pesan yang sama, jika AJM tidak tinggal diam agar misi untuk mengagalkan UU Cipta Kerja dapat tercapai. Diketahui juga salah satu peserta aksi ikut membentangkan gambar karikatur yang menggambarkan sindiran bagi Presiden Jokowi.
“Gambar karikatur ini saya buat selama kurang lebih dua jam sebelum ikut bergabung dalam aksi unjuk rasa dengan teman-teman ini. Referensinya dari foto Pak Jokowi di Google,” kata salah seorang peserta aksi Muhammad Doni Pratama Setiawan.
Menurutnya, gambar karikatur tentang Presiden Jokowi itu dibuat dengan memiliki arti, bahwa apa yang dilakukan pemerintah pusat telah banyak merugikan rakyat Indonesia.
“Karena pemerintah dalam hal ini terlalu ambisi untuk menghabisi rakyatnya, dan tidak mementingkan kepentingan rakyat,” ujarnya.
“Saya dan rekan-rekan yang lain (berharap) agar membatalkan UU Cipta Kerja itu, dan dengan kebijakannya mengganti UU Omnibuslaw itu (dengan yang lebih pro terhadap rakyat),” imbuhnya.(ym)