Selain tumpukan Ranting Pohon yang menyumbat aliran sungai sehingga menyebabkan banjir. Terungkap penyebab terjadinya banjir yang memberikan dampak kepada warga di Desa Wonoasri. Adalah jebolnya tanggul yang berada di aliran sungai Wonowiri Dusun Kota Blater, Desa Curahnongko, Kecamatan Tempurejo.
Jebolnya tanggul itu dari asessment awal yang dilakukan oleh Tim BPBD Jember, diketahui tidak kuat menahan debit air besar aliran sungai tersebut. Karena konstruksi bangunan yang dinilai kurang kuat.
“Kalau dilihat dari situasi, penyebab banjir itu karena jebolnya bendungan selebar 21 meter dan tinggi 4 meter. Yang kalau ditinjau dari indikasinya, air (sungai) ketika debit tinggi melimpas dan menjebol tanggul di sini,” ujar Staf Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Jember Kaetang, saat dikonfirmasi di lokasi jebolnya bendungan, Selasa (19/1) sore.
Jebolnya tanggul itu, diduga karena konstruksi bangunan yang kurang kuat. “Sehingga menyebabkan banjir besar yang berdampak di Desa Wonoasri. Bahkan terkait perbaikan juga informasi yang diterima dari warga beberapa kali sudah dilakukan perbaikan dan renovasi,” jelasnya.
“Selain itu di titik lokasi inilah (jebolnya tanggul) beberapa kali menyebabkan banjir yang berdampak kepada warga itu,” sambungnya.
Sebagai tinjauan awal yang dilakukan, dengan temuan jebolnya tanggul itu. Nantinya akan dibahas bersama stakeholder terkait untuk kemudian melakukan konstruksi bangunan tanggul yang lebih baik.
“Nanti akan kita bahas bersama dan mengkaji dengan pimpinan dan dinas lain, dapatnya tanggul ini konstruksi bangunannya bisa diperkuat. Atau mungkin mempertimbangkan ada perubahan aliran sungai, sehingga tidak lagi menyebabkan banjir,” katanya.
Sementara itu saat dikonfirmasi terpisah, Kasun Kota Blater Ariwantoro mengatakan. Terkait jebolnya tanggul penahan aliran Sungai Wonowiri, pihaknya sudah melakukan peremajaan konstruksi bangunan.
Karena diakuinya untuk upaya membentuk tanggul itu, hanya dilakukan swadaya oleh masyarakat dibantu pihak Perkebunan Karet setempat.
“Jebolnya bendungan (tanggul) itu yang menyebabkan banjir, dan berdampak ke perumahan (pemukiman) warga itu,” kata Ari panggilan akrabnya.
Menurut Ari, karena tidak kuat menahan debit air sungai, sehingga tanggul itupun jebol. “Ditambah lagi banyaknya carang (ranting-ranting pohon) yang terlalu banyak, dan terbawa arus air, juga adanya penyempitan daerah aliran sungai,” ucapnya.
Dengan kondisi itu, sehingga menjebol tanggul dan menyebabkan terjadinya banjir di Desa Wonoasri dan wilayah lainnya di Kecamatan Tempurejo.
Terkait peremajaan konstruksi bangunan Tanggul itu, terakhir dilakukan pembangunan dan perbaikan pada 2018 lalu. Diketahui bangunan tanggul itu hanya berupa tumpukan karung pasir yang disusun bertingkat.
“Masih baru untuk peremajaan bangunan itu padahal. Tapi mungkin karena konstruksi bangunan kurang kuat (karena dilakukan swadaya pembangunannya) sehingga jadi jebol. Apalagi jika debit air cukup tinggi,” ungkapnya.
Ari mengatakan, terkait jebolnya tanggul itu juga sering terjadi. “Tapi tidak berdampak besar,” ucapnya.
Namun karena mungkin curah hujan tinggi dan konstruksi bangunan kurang kokoh. Sehingga, lanjut Ari, terjadilah banjir besar itu yang akibat jebolnya tanggul penahan daerah aliran sungai.
“Untuk upaya sementara nanti bangunan tanggul ini akan kita perbaiki. Tapi ya swadaya dengan menumpuk karung-karung pasir itu,” katanya.
Ari juga menambahkan, dari tinjuan yang juga dilakukan olehnya. Adanya DAM yang tidak dibuka juga menjadi penyebab banjir.
“Sehingga sampah-sampah dan ranting-ranting pohon bertumpuk di sana. DAM itu ditutup dan tidak dibuka oleh Dinas Pengairan. Alasannya untuk Irigasi. Padahal jika dibuka, aliran air bisa lebih terpecah dan tidak menyebabkan banjir juga debit air besar,” ujarnya.
Untuk lokasi DAM tersebut berjarak kurang lebih 500 meter dari lokasi jebolnya Tanggul. “Sekarang upaya kami membersihkan tumpukan ranting-ranting kayu dan sampah itu,” ucapnya.