Lumajang, Motim – Warga Desa Tukum, Kecamatan Tekung, Arif Yunianto sukses menciptakan pupuk organik cair yang berkualitas. Dirinya memiliki ide bikin formula sendiri pupuk organik tersebut untuk mengatasi kelangkaan pupuk bersubsidi yang terjadi pada empat tahun yang lalu. Kini, produknya juga bisa menjadi solusi di tengah kelangkaan pupuk bersubsidi saat ini.
Pupuk buatan Arif pun sudah banyak dimanfaatkan oleh para petani. Bukan hanya di Lumajang saja, namun juga petani di luar daerah. Ia mengklaim, pupuk buatannya sudah terbukti mampu menyaingi pupuk kimia. Bahkan terbilang lebih unggul jika dibandingkan dengan pupuk kimia. Sedangkan harganya, jauh di bawah harga pupuk yang beredar di pasaran.
Arif menceritakan, Ia tercetus bikin pupuk organik sendiri saat terjadi kelangkaan pupuk pada 4 tahun silam. “Awalnya karena keprihatinan Saya, dengan banyaknya lahan yang tidak dipupuk,” katanya, Rabu (30/9)
Mulanya ia mencoba mengaplikasikan ke lahannya sendiri. Ternyata hasilnya bagus dan memuaskan. Dari situlah tanamannya mulai jadi perhatian petani di sekitarnya. Akhirnya petani tersebut mulai melirik pupuk organik buatannya.
Kata dia, salahsatu keunggulan pupuk organik miliknya, bisa digunakan untuk semua jenis tanaman, baik pangan, buah, palawija. Karena memiliki kandungan pupuk berimbang. “Selain NPK juga ada mikrobanya Mas, jadi bisa mengurai residu yang ada di dalam tanah,” jelasnya.
Ditanya harga pupuknya, dirinya mengaku hingga saat ini tidak menjualnya. Namun Ia hanya minta petani mengganti biaya produksi sebesar Rp 200 ribu per 5 liter, yang sudah Ia kemas dalam jirigen.
Lanjutnya, petani yang sudah menggunakan pupuk organik tersebut untuk tanaman padi, perhektarnya bisa menghasilkan kurang lebih antara 5-6 ton. Bahkan bisa lebih dari itu. “Alhamdulillah, untuk tanaman padi nyaris tidak ditemukan gabuknya (bulir kosong, red) Mas,” ucapnya.
Ia menambahkan, ada Kelompok Tani ‘Tani Sejati’ Desa Tukum yang sudah menggunakan pupuk organik buatannya, yang akan mengadakan panen raya pada tanggal 02 Oktober 2020. Panen dengan luasan lahan setengah hektar itu akan dihadiri jajaran Forkopimda dan Sekjen HKTI Jawa Timur.
“Kami memprediksi panen kali ini bisa mencapai 5-6 ton per hektar,” pungkas Arif.
Namun sayangnya, produk buatannya ini masih belum terlalu dapat respon dari pihak Pemkab Lumajang, agar bisa lebih berkembang dan lebih banyak petani yang merasakan manfaatnya. Sejauh ini, kata dia, hanya sebatas mendapat dukungan moril saja. (fit)