Jember, Memo – Akibat terdampak pandemi Covid-19 dan saat masih diberlakukan lockdown sekitar awal Maret 2020 lalu, seorang pria di Jember iseng membuat miniatur cafe berbahan batang pohon bambu.
Pria bernama Nanang Hidayat warga Kecamatan Sumbersari, Kelurahan Sumbersari ini, mengaku pembuatan miniatur cafe itu untuk menepis kebosanan, dikala hanya bisa beraktifitas di rumah akibat pandemi Virus Corona.
Namun setelah diketahui hasilnya, dan iseng diunggah melalui status media whatsapp.
Miniatur Cafe hasil karyanya malah diminati banyak orang. Bahkan kini ditengah Pandemi Covid-19, miniatur cafe berukuran skala 1:100 hasil karyanya, banyak diburu dan menghasilkan pundi-pundi uang.
Omset jutaan rupiah setiap ada pesanan kini dirasakan. Bahkan miniatur cafe hasil karyanya banyak laku hingga ke luar Jember.
“Awal itu saya memang suka membuat hasil karya sejak SMA. Apapun itu. Terutama dari bahan kayu ya bambu ini,” kata Nanang saat ditemui di rumahnya, Sabtu (28/11).
Pria yang juga berprofesi sebagai wartawan media online ini, mengaku terdampak secara ekonomi. Apalagi sejak awal pandemi Covid-19.
“Karena kan banyak yang lockdown sekitar bulan Maret kemarin itu. Pekerjaan saya sebagai jurnalis pun juga terganggu. Konfirmasi hanya bisa lewat telepon dengan narasumber, tapi dikala mencari iklan (untuk media online tempatnya bekerja) juga susah dapat,” ungkapnya.
“Akhirnya untuk menepis kebosanan, ya iseng-iseng lihat tukang kayu dekat rumah yang membuat kursi dan lemari. Saya perhatikan, saya pelajari bentuknya,” sambung Nanang.
Dari melihat itu, Nanang pun mencoba membuat kursi ataupun lemari, dan meja. Tetapi dengan ukuran mini.
“Saya punya ide, bagaimana kalau dibuat versi miniaturnya. Kebetulan di rumah ada batang bambu bekas umbul-umbul, saya potong kecil-kecil, kemudian saya coba buat bentuk kursi, meja, ataupun juga lemari. Termasuk kalau buat bangunan seperti apa gitu,” jelasnya.
Dengan berbekal batang bambu, lem G, lampu LED, dan powerbank, Nanang pun mencoba membuat miniatur bangunan.
“Saya lihat desainnya di google, kemudian mencoba buat. Awal itu membuat miniatur cafe, menarik dan sekarang kan juga banyak cafe. Untuk alatnya pakai Cutter (pemotong sejenis pisau), juga lampu meja, untuk membuat detail dari miniatur yang saya buat,” ulasnya.
Setelah jadi miniatur cafe yang dimaksud, diberi plakat tulisan. Tujuannya agar mirip seperti bentuk bangunan cafe sebenarnya. Terkait ukuran, biasanya menggunakan skala 1:100. Dengan ukuran Lebar 15-20 cm, Panjang 20-30 cm, dan Tinggi 25-30 cm.
“Skalanya 1:100, kemudian saya kasih tulisan Kafe Tarik, lengkap dengan lampu dari LED, mirip kafe beneran. Yang artinya kafe dengan menu teh tarik asal Aceh. Eh saat saya foto dan jadi status whatsapp, dikomen sama Kapolres Jember AKBP Kusworo Wibowo saat itu,” ucapnya.
Nanang yang memang sehari-hari bekerja sebagai jurnalis, kenal dan akrab dengan berbagai pejabat. “Kemudian saya dichat (komunikasi pesan pribadi), ditanya harganya berapa mau dibeli? Saya bingung mau menjawab, karena kan hanya iseng buat. Tiba-tiba dimintai nomor rekening, dan ditransfer sejumlah uang,” katanya.
Berawal dari itu Nanang pun menekuni serius usahanya, dan kini sudah banyak hasil karya miniatur yang dibuat.
“Biasanya sih untuk souvenir dari pemesan itu. Untuk waktu pembuatan, saya kerjakan kurang lebih seminggu, tergantung tingkat kesulitan. Untuk pengerjaan saat malam hari selepas saya bekerja liputan, dari jam 8 – 12 malam,” ucapnya.
“Alhamdulillah jadi usaha sampingan, dan menghasilkan. Untuk harga variatif, dari Rp 1 juta – Rp 3 juta. Tergantung tingkat kesulitan, yang pesan kadang pejabat, kapolres, atau siapapun,” sambungnya.
Nanang menambahkan, pernah ada cerita unik saat dirinya mendapat pesanan membuat miniatur cafe.
“Saat itu Pak Kusworo pesan, saya kirim ke Surabaya. Eh dijadikan status Whatsapp, temannya yang Jakarta minat. Ya ngirim lagi ke Jakarta. Tapi biasanya ngirim pakai paketan, ini malah yang ngirim anggota Satlantas Polres Jember. Jadi sungkan, tapi alhamdulillah rejeki buat saya dan keluarga,” katanya.
Terkait pemasaran miniatur cafe bikinannya, Nanang mengaku masih belum dilakoni serius. Pemesanan hanya melalui komunikasi pribadi, ataupun dari orang terdekat yang kenal dengannya.
“Ada yang menyarankan promosi lewat online, Instagram, atau facebook. Tapi belum terpikir, mungkin kalau hasilnya maksimal nanti saya pertimbangkan. Untuk saat ini yang ada dulu,” ujarnya.