Jember, Motim – Penguatan ekonomi mikro daerah di Kabupaten Jember, bisa dilakukan dengan pemberian insentif dan kemudahan perizinan pada pelaku usaha mikro kecil menengah. Selain itu perlu ada fasilitasi pameran produk UMKM oleh pemerintah daerah.
Hal ini dijanjikan calon bupati Jember Hendy Siswanto, dalam debat kandidat pemilihan kepala daerah Kabupaten Jember putaran pertama di Studio JTV, Surabaya, Minggu (15/11) malam. Debat mengambil tema “Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dan Memajukan Daerah di Tengah Pandemi Covid 19”.
“Kami berikan pelatihan-pelatihan keterampilan kerja dan memfasilitasi kegiatan pendidikan dan pelatihan semua bidang, mulai dari peningkatan keahlian, keterampilan, desain produk, pengenalan teknologi, dan manajemen usaha. Ini akan jadi modal utama untuk meningkatkan daya saing,” kata Hendy.
Calon wakil bupati Muhammad Balya Firjaun Barlaman berjanji merangsang inovasi badan usaha menengah desa (bumdes). Ia memuji BUMDes Karya Mandiri di Desa Balung Kulon, Kecamatan Balung yang menjadi juara kedua penghargaan BUMDes Award di Institut Teknologi 10 November Surabaya beberapa waktu lalu.
Firjaun juga memuji BUMdes Gunung Mulia yang meraih penghargaan untuk kategori sosial media dan digital marketing.
“Hal seperti ini akan meningkatkan daya saing dengan daerah lain. Karena itu akan kami optimalkan potensi masing-masing BUMDes,” katanya.
Ingin Kembalikan Hak Masyarakat
Calon bupati Hendy Siswanto dan calon wakil bupati Muhammad Balya Firjaun Barlaman ingin mengembalikan hak masyarakat Kabupaten Jember. Selama lima tahun terakhir, hak itu tidak terpenuhi.
“Saya dan Gus Firjaun berkeliling di 248 desa dan kelurahan. Kami berjumpa dengan petani, nelayan, GTT-PTT (Guru Tidak Tetap-Pegawai Tidak Tetap), petugas kesehatan, guru ngaji, dan penyandang disabilitas. Mereka semua masih belum sejahtera,” kata Hendy.
Hendy mengingatkan masih ada ratusan ribu warga Jember yang miskin dan lebih dari 50 ribu orang yang masih menganggur. Ia mengaku berjumpa dengan seorang ibu bernama Ulfa yang ditinggal mati anaknya.
“Ternyata di Jember, tingkat kematian bayi cukup tinggi di Jawa Timur,” katanya.
Hendy juga mengaku berjumpa dengan seorang ibu yang bercita-cita membiayai pendidikan anak dari sekolah dasar hingga lulus kuliah.
“Dengan harapan, ibu (ingin anaknya itu) mendapatkan kesempatan menjadi pegawai negeri sipil. Tapi jatah CPNS (Calon PNS) di Jember tidak didapatkan, dan ini adalah persoalan, ini adalah kesalahan pemerintah daerah,” katanya.
Pelayanan publik Pemkab Jember selama ini juga dinilai Hendy kurang memuaskan. Iklim investasi di Jember bermasalah.
“Sangat kecil sekali orang berinvestasi di Kabupaten Jember,” kata Hendy.
Dalam bidang infrastruktur, Hendy mengatakan, banyak bangunan pemerintah yang roboh. “Juga 32 persen jalan di Jember rusak parah, seperti di Bande Alit sampai hari ini bermasalah dan mereka tidak mendapatkan jalan yang layak,” katanya.