Bondowoso, Motim – Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kabupaten Bondowoso menggelar pentas seni wayang koran yang semestinya dilaksanakan di Anjungan Jawa Timur TMII (Taman Mini Indonesia Indah) Jakarta, kini digelar secara virtual di aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat.
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bondowoso, Haeriyah, menjelaskan, persiapan pagelaran wayang koran mulai dari awal tahun dan dijadwalkan bulan April tampil di Anjungan Jawa Timur, TMII Jakarta yang di saksikan oleh orang banyak.
”Ya karena pandemi ini, ditunda. Kemudian dijadwalkan ulang empat Oktober sekarang, seiring berjalannya waktu jumlah pasien covid-19 terus bertambah dan Jakarta menerapkan PSBB maka acara ini gelar virtual,” jelasnya saat dikonfirmasi awak media.
Meski pagelaran seni wayang koran ini digelar secara virtual, menurut Bunda Hae (sapaan akrabnya,red) tidak mengurangi khidmat, karena tujuan utama dari pagelaran itu sendiri merupakan pengenalan seni budaya.
”Pagelaran ini mengenalkan bahwa di Bondowoso itu memiliki kesenian dan budaya yang layak untuk ditampilkan,” tuturnya.
Wayang koran tersebut, kata Bunda Hae, merupakan kolaborasi antara kebudayaan dan kesenian, seperti tarian dan pewayangan itu kesenian. Sedangkan, dari kebudayaannya yakni mengangkat budaya lokal seperti asal usul Desa Blimbing.
”Jadi antara seni dan budaya itu dikolaborasi, pagelaran tadi bisa hidup. Bukan hanya dari seni geraknya saja, tapi juga dialognya,” ungkapnya.
Melalui pagelaran ini, Haeriyah berharap budaya Bondowoso bukan hanya dikenal oleh masyarakat Jawa Timur saja, akan tetapi bisa dikenal di seluruh wilayah Indonesia.
”Dengan pagelaran ini, mudah-mudahan bisa menjadi daya tarik wisata bagi masyarakat diluar Bondowoso, sehingga tingkat kunjungan wisata di Bondowoso bisa meningkat lagi,” harapnya.
Untuk informasi, pemeran dari pagelaran wayang koran tersebut merupakan peserta binaan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk penabuh gamelan merupakan siswa siswi dari SMPN 1 Prajekan, Bondowoso. Pagelaran tersebut dinamakan wayang koran karena sebagian besar alat pendukung terbuat dari koran, dengan begitu limbah koran bisa dimanfaatkan untuk pagelaran seni dan mengurangi limbah. (*)