Surabaya Motim-Dalam rangka mewujudkan Pembangunan Jawa Timur Sejahtera, ibu Gubernur mempunyai program Nawa Bhakti Satya,diantara ke Sembilan Bhakti tersebut terdapat satu Bhakti yang ingin meningkatkan kesejahteraan petani, peternak dan nelayan yang tertuang dalam bhakti ke 6 yaitu jatim agro, yang bertujuan untuk memajukan sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan Darat dan Laut, Kehutanan, Perkebunan melalui program . Petik, olah, kemas dan jual.Serta mengembangkan Agropolitan ,Stabilisasi dan tabungan pangan serta Asuransi petani .
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur Ir.Indyah Aryani,MM menuturkan,” Dalam rangka implementasi Nawa Bhakti Satya khususnya Bhakti ke 6 (Jatim Agro), kami telah merumuskan beberapa program prioritas, seperti Pertanian terpadu, yakni pengembangan kawasan pertanian terpadu berskala nasional dan Pengembangan agropolitan yang terbagi dalam 5 klaster wilayah yaitu :
- Agropolitan lingkar Wilis
- Agropolitan lingkar Kelud
- Agropolitan lingkar Ijen
- Agropolitan lingkar Bromo
- Tengger dan semeru (BTS)
- Agropolitan Madura
- Dukungan revolusi industri agro 4.0
- Optimalisasi nilai tambah budidaya pertanian. ” Tuturnya ,Selasa (15/11/2021)
” Pembangunan peternakan yang merupakan bagian dari pembangunan pertanian, memiliki arti penting bagi ketahanan pangan dan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia indonesia. fungsi protein hewani sangat menentukan dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa, karena kandungan asam aminonya tidak dapat tergantikan oleh bahan makanan lainnya. pada saat ini jawa timur telah mampu mencukupi kebutuhan daging sapi dalam provinsi. kebutuhan daging sapi masyarakat jawa timur ± 95.283 ton sedangkan produksi mencapai 99.340 ton. ” Jelasnya.
“Maka Jawa Timur surplus daging sapi sebanyak 4.060 ton, selain itu jawa timur juga memasok sapi siap potong ke luar provinsi yang merupakan bagian dari surplus ternak di jawa timur. namun demikian, secara umum Indonesia sampai saat ini masih mengalami defisit pasokan
daging sapi, oleh karena itu peran serta Jawa Timur sebagai daerah penyangga kebutuhan daging sapi nasional harus tetap dipertahankan.Penyebab terjadinya kesenjangan antara Supplay dan Demand daging sapi nasional adalah kurangnya pasokan. Hal ini terlihat dari konsumsi perkapita daging sapi tahun 2020 mencapai 2,6 kg/kapita/tahun atau setara dengan 742.000 ton. sedangkan kemampuan produksi daging sapi dalam negeri hanya 496.300 ton. sehingga terdapat kekurangan supplay daging sapi nasional sebesar 245.700 ton atau setara dengan 1.4 juta ekor sapi hidup adanya kesenjangan yang cukup tinggi antara supplay dan demand inilah yang memicu terjadinya lonjakan harga jual daging di tingkat pasar. oleh karena itu, upaya peningkatan populasi ternak sapi secara cepat sebagai upaya untuk menurunkan kesenjangan antara supply dan demand harus menjadi prioritas utama.” Pungkasnya.(ady)