Jember,Motim
Penanganan tengkes alias stunting di Kabupaten Jember, Jawa Timur, harus dilakukan bersama-sama. Bupati Hendy Siswanto meminta semua pihak bergerak untuk mengatasi persoalan tengkes, karena lebih berbahaya ketimbang Covid-19.
“Kemarin kita melihat sambutan Bapak Presiden. Sambutan Bapak Kapolri untuk ikut mengikutsertakan teman-teman Polri membantu menurunkan angka stunting. Kita harus sadar diri, jangan hanya pembangunan yang lain. Ini masalah anak kita penerus bangsa,” kata Hendy, ditulis Sabtu (28/1/2023). “Hidup ini kan gantian. Anak-anak kita siapa yang akan menjaga. Kalau punya mental tidak bagus, siapa yang akan meneruskan (bangsa ini). Buat apa kita membuat hal-hal yang bagus sekarang, kalau penerusnya tidak kita siapkan? Ini jadi problem,” kata Hendy.
“Kalau Covid, penyakit saja. Tapi kalau ini lebih dari itu. Penanganannya harus lebih serius, harus lebih komprehensif di dalamnya,” kata Hendy.
Hendy menargetkan pada 2024, di Jember sudah tak ada lagi bayi yang mengalami tengkes. “Ini bukannya tanpa dasar. Harus bisa kita semua ke sana,” katanya.
Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa angka tengkes atau stunting di Kabupaten Jember tertinggi di Jawa Timur. Prevalensi balita stunted (tinggi badan menurut umur) di Jember adalah 34,9 persen.
Hendy akan memverifikasi data itu kembali dan menentukan kebijakan penanganan stunting. “Begitu data keluar, treatment-mnya jelas diapakan. Bukan pas ada kegiatan dikasih gizi saja. Tapi secara rutin kami akan terus berdiskusi dengan para ahli gizi, ini diapakan,” katanya. (sp)