Jember,Motim
Bupati Jember Ir. H. Hendy Siswanto, ST. IPU. melepas sebanyak 3.500 mahasiswa dan 189 orang dosen pembimbing lapangan (DPL) dari 18 perguruan tinggi (16 perguruan tinggi di Jember dan 2 perguruan tinggi dari Malang dan Surabaya) yang akan melaksanakan KKN Kolaboratif di Kabupaten Jember, Senin 17 Juli 2023.
Mereka kemudian ditempatkan di 226 desa dalam misi pengabdian diri kepada masyarakat pedesaan.
Tahun ini, Bupati Jember Hendy Siswanto membebaskan mahasiswa dalam menentukan program kerja mereka, kendati demikian ada beberapa poin yang harus menjadi perhatian dari para mahasiswa KKN Kolaboratif. Di antaranya persoalan stunting, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), penguatan UMKM pada sisi produksi dan marketing, serta penguatan pertanian.
Bupati Hendy mendorong para mahasiswa untuk memaksimalkan ilmu yang didapatkan selama belajar di kampus untuk menolong sebanyak-banyaknya warga Jember dalam berbagai sektor.
“Masyarakat Jember menunggu kalian. Di Jember ini lengkap, ada objeknya. Anda mau minta apa, objek di Jember ada semua. Kalian punya ilmu apapun juga bisa diterapkan di Jember ini,” ujar Bupati Hendy dalam pidatonya.
Bupati Hendy meyakini KKN Kolaboratif yang kedua diselenggarakan Pemkab Jember dengan perguruan tinggi tahun ini akan memberikan dampak positif yang lebih terhadap kemajuan Jember.
“KKN Kolaboratif tahun lalu terbukti memberikan dampak positif setelah adik-adik mahasiswa ini mengajari masyarakat, salah satu contohnya bagaimana UMKM yang berdaya saing, pemasarannya, pengemasannya itu sudah mulai ada peningkatan kualitas, dan saya yakin KKN Kolaboratif kedua tahun 2023 ini akan lebih dahsyat lagi hasilnya,”lanjutnya.
Pelepasan KKN Kolaboratif hari ini juga dihadiri Direktur Riset, Teknologi dan Pengabdian Kepada Masyarakat pada Kemendikbudristek RI, Prof. Dr. Ir. M. Faiz Syuaib, M. Agr.
Prof. Syuaib mengaku takjub dengan kekompakan antara Pemkab Jember dengan perguruan tinggi.
“Luar biasa, Ini baru pertama kali saya melihat kompaknya pemerintah daerah dengan perguruan tinggi,” ujar Prof. Syuaib dalam sambutannya.
Ia mengingatkan bahwa kualitas sebuah perguruan tinggi bukan dilihat dari jumlah lulusannya, dan seberapa banyak karya ilmiahnya. Namun, dilihat dari seberapa besar manfaatnya untuk kepentingan masyarakat.
“Reputasi pendidikan ditentukan oleh kemampuan mengaplikasikan ilmu yang sudah didapatkan di bangku kuliah, agar bisa bersambungan dengan kepentingan masyarakat,” ujarnya. (sp)