Jember, Motim
Limbah triplek di Dusun Krajan, Desa Sukowiryo, Kecamatan Jelbuk, terbakar dan terus mengeluarkan asap. Kondisi tersebut berlangsung hampir 15 hari.
Akibatnya, kepulasan asap menggangu warga. Mereka mengalami sesak napas dan batuk.
Limbah triplek yang terbakar itu di lahanĀ seluas sekitar 50 meter persegi dengan kedalaman sekitar 15 meter. Warga berharap api bisa segera dipadamkan.
“Kebakaran ini dari tanggal 18 Mei 2023 kemarin. Apinya susah padam, juga asapnya itu terus menerus,” kata warga setempat, Yanti Novitasari, Kamis (1/6/2023).
“Petugas damkar, relawan, dan petugas lainnya itu sudah berupaya memadamkan. Bahkan setiap hari setahu saya pulangnya sampai jam 1 dini hari dari sini,” sambungnya.
Warga lainnya, Lutfi, mengaku resah dengan dampak kebakaran di lokasi limbah triplek tersebut. Bahkan, kata Lutfi, istrinya pun sampai dibawa ke Polindes untuk mendapat pengobatan karena mengeluh sesak napas.
“Belum lagi, rumah juga banyak debu kotor, seharian membersihkan sampai tiga kali. Ya karena abu kebakaran itu,” ujarnya.
Lutfi juga menilai perusahaan pembuang limbah tidak bertanggungjawab. Alasannya, sudah kontrak dengan pemilik lahan.
“Bahkan sampai sekarang belum ke sini. Alasannya sudah kontrak sama pemilik lahan. Jadi gak ke sini. Sangat ganggu sekali asap dan debu abu kebakaran ini. Mata kelilipan juga,” tandasnya.
Kepala Dusun Krajan, Hengki Irawan mengaku upaya pemadaman sudah dilakukan. Semua pihak juga dilibatkan dalam upaya pemadaman itu.
“Kita sudah berupaya koordinasi dengan Polsek Jelbuk dan Koramil setempat. Api pertama besar itu, kita koordinasi dengan BPBD dan Damkar Jember. Tapi sejak kebakaran itu, sudah dipadamkan tapi titik api itu masih ada. Karena kan tumpukan – tumpukan limbah triplek itu,” ujar Hengki.
Untuk upaya pemadaman, lanjut Hengki, selain dibantu petugas damkar, juga dibantu menggunakan penyemprotan menggunakan pompa (alkon). Bahkan upaya itu dilakukan hingga malam.
“Kemarin pakai mesin pompa air ada 3 yang dipakai. Kita dari jam 7 malam selesai sekitar jam setengah 12 malam. Titik api di ujung itu awal kita padamkan, tapi setelah kita tinggal 30 menitan, api itu ada lagi,” katanya.
Terkait penyebab kebakaran, lanjutnya, diduga faktor alam. Yakni hawa panas yang kemudian memunculkan titik api.
“Untuk penyebab kebakaran kalau kita lihat sumber api dari bawah. Mungkin karena hawa panas dan kondisi kemarau sudah beberapa hari ini. Akhirnya ada kebakaran itu. Hal ini mungkin faktor alam kalau kita lihat,” ujar Hengki.
“Limbah triplek ini sulit padam karena dari informasi yang kami peroleh dari warga sudah menumpuk lama. Sekitar dua tahunan. Jadi susah dipadamkan apinya. Tapi tetap diupayakan pemadaman. Karena dampak asap kebakaran juga abunya itu berdampak ke masyarakat sekitar,” imbuhnya. (*)t