Jember,Motim
Festival Jember Kota Cerutu Indonesia (JKCI) kelima tahun 2023 diselenggarakan selama sebulan penuh, yakni mulai 1- 31 Juli 2023.
Malam puncak JKCI kelima kali ini dilaksanakan di Pendopo Wahyawibawagraha, Sabtu malam 22 Juli 2023.
Acara tersebut dihadiri oleh para pejabat Pemkab Jember, perwakilan Kementerian Luar Negeri, sektor swasta, serta penikmat cerutu dari dalam dan luar negeri.
Ketua Penyelenggara JKCI, Febrian Ananta Kahar menyampaikan JKCI kelima ini bertemakan “Jember Keren atau Jember Awesome” yang mana para peserta JKCI dari berbagai negara, tidak hanya diarahkan untuk membeli cerutu berbahan tembakau unggulan Kabupaten Jember, namun juga diarahkan untuk berwisata.
“Para tamu kami suguhkan wisata tembakau Jember, mereka ditunjukkan bagaimana tembakau itu diproses hingga menjadi cerutu yang berkualitas dunia dimiliki Jember,” kata Febrian.
Febrian melaporkan, jumlah tamu yang sudah hadir pada JKCI 2023 sebanyak 209 orang, terdiri domestik 109 orang, dan mancanegara 71 orang berbagai negara yaitu Singapura, Belanda, Argentina, Kamboja, China, Lebanon, Spanyol, Korea Selatan, Malaysia dan Maroko.
Pemerintah Indonesia, Dubes negara sahabat, sektor swasta, pengusaha, penikmat cerutu dari dalam dan luar negeri.
Sementara itu, Bupati Jember Ir. H. Hendy Siswanto, ST. IPU. menyampaikan Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 2019 telah menetapkan Jember Kota Cerutu Indonesia, mendampingi Jember Kota Karnaval Dunia dan Jember Kota Robusta Indonesia.
Ia menegaskan Festival JKCI paten dimiliki Kabupaten Jember.
Sementara data dari Balai Pengujian Sertifikasi Barang dan Lembaga Tembakau (BPSMB-LT) Provinsi Jawa Timur, sampai saat ini tembakau Indonesia memasok 37 persen untuk kebutuhan produsen cerutu dunia, dimana 25 persen di antaranya adalah tembakau dari Jember.
“Selain itu, melalui JKCI ini juga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan mendorong kunjungan wisata ke Jember,” jelasnya.
Malam puncak JKCI kelima ini juga dihadiri Direktur Diplomasi Publik Kemenlu RI, Yusron B. Ambary.
Yusron menyampaikan pada 2022 nilai ekspor global produk cerutu mengalami penurunan 25 persen, demand lebih tinggi daripada supply, dikarenakan salah satunya Kuba sebagai penghasil cerutu mengalami pasang surut produksi terutama pada masa pandemi.
“Sayangnya setelah pandemi selesai, pemulihan industri cerutu Kuba masih terbebani dengan isu logistik serta ancaman perubahan iklim,” katanya.
Situasi tersebut memunculkan ketidakseimbangan antara demand dan supply cerutu dunia. (sp)