Jember, Motim-Setelah tiga hari pencarian, jasad Ferdiansyah (9) warga Dusun Gaplek Barat, Desa Suci, Kecamatan Panti, akhirnya ditemukan. Jasad korban ditemukan tim gabungan diantaranya Basarnas, tim SAR lokal Rimba laut, nelayan serta anggota Satpol Air Polres Jember, Minggu (13/4) pagi.
Saat ditemukan, kondisi jasad sudah mengapung di perairan Payangan yang tidak jauh dari lokasi korban terseret bersama ayahnya, Supriyadi (35) yang ditemukan meninggal setelah kejadian. Saat ditemukan, korban masih lengkap menggunakan kaos warna orange dengan posisi mengapung.
Pencarian terhadap korban pasca kejadian pada Minggu (11/4) di sekitar Gunung Seruni. Saat itu Ardiansyah datang ke tempat wisata Payangan, Dusun Watu Ulo, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu bersama keluarganya.
Saat mandi di pinggir, tiba-tiba korban terseret ombak hingga ke tengah. Mengetahui anaknya terseret orang tua berusaha menolong. Namun malah orang tuanya juga terseret hingga ditemukan meninggal.
“Korban ditemukan mengapung di perairan Payangan pada Selasa (13/4) pukul 08.00 WIB,” kata Kapolsek Ambulu AKP M Sudaryanto.
“Memang sejak korban terseret pada Minggu (11/4) pencarian oleh tim SAR gabungan terus dilakukan. Alhamdulillah hari ketiga ini pencarian terhadap korban berhasil,” kata Sudaryanto.
Setelah berhasil dievakuasi dengan menggunakan jukung milik nelayan, jasadnya langsung dilarikan ke Puskesmas Sabrang, Kecamatan Ambulu.
Menurut Sudaryanto, awalnya ada informasi bahwa ada mayat di bagian hulu Payangan, Dusun Watu Ulo, Desa Sumberejo. “Setelah kita kroscek bersama tim SAR gabungan ternyata benar, bahwa mayat yang mengapung itu adalah jasad Ardiansyah,” kata Sudaryanto.
Selanjutnya setelah berhasil dievakuasi, jasadnya langsung dikirim ke Puskesmas Sabrang untuk dilakukan visum. Selanjutnya setelah keluarganya mengakui kalau itu jasad keluarga langsung dibawa pulang untuk dimakamkan.
Sudaryanto menghimbau untuk wisatawan yang berlibur atau berkunjung ke pantai Payangan, untuk lebih berhati hati. “Karena gelombang atau ombak di sekitar kejadian itu memang sering memakan korban jiwa,” imbau Sudaryanto. (sp)