Lumajang, Motim-Brand atau merek kaos lokal dari Lumajang sempat banyak bermunculan beberapa tahun belakangan. Namun akhirnya hanya sedikit yang masih eksis dan berproduksi hingga saat ini. Okrick’s adalah salahsatunya yang mampu bertahan dan tetap eksis.
Pemilik Okrick’s, Anggra Nur Cahyo menceritakan, selain menjual produknya di distro miliknya, Ia juga menyuplai banyak distro di Lumajang, juga luar daerah. “Kalau luar daerah di Malang dan Probolinggo,” katanya saat ditemui di distronya yang berada di Desa Kebonagung Kecamatan Sukodono, Sabtu (21/11) malam.
Selain itu Ia juga melayani pemesanan secara online. Bahkan pembelinya juga ada yang dari luar pulau, seperti Bali dan Kalimantan. “Pesanan yang paling jauh ada dari Bekasi, Bandung, Bali, hingga Kalimantan,” ungkap pria kelahiran 1994 itu.
Ia tak hanya fokus memproduksi kaos saja, namun juga jaket, topi, tas, sepatu, bahkan, baju anak-anak. Untuk harga, tentunya sebanding dengan kualitas Okrick’s. “Kaos di kisaran Rp 120 ribu, Jaket Rp 180 ribu, tas Rp 110 ribu, baju anak-anak Rp 75 ribu, dan sepatu Rp 320 ribu,” ungkapnya.
Anggra menceritakan proses dirinya membangun brand miliknya tersebut. Awalnya Ia sejak SMP sudah senang memakai kaos buatan anak-anak Lumajang. Hingga Ia terinspirasi untuk membuat merek sendiri.
“Pingin punya penghasilan, juga bangga ketika kaos dipakai orang lain, punya kesenangan sendiri,” ujarnya.
Akhirnya setelah lulus SMA pada 2013, Ia mulai menjalankan bisnis kaos dengan nama mereknya sendiri. Dirinya mengaku secara otodidak belajar menyablon. “Okrick’s itu S-nya adalah Sae. Okrick sendiri dari bahasa sehari-hari yang artinya Oke,” ucapnya.
Sementara untuk tema desain, kata dia, mengikuti permintaan pasar atau tren yang ada saat ini. “Misalnya dulu temanya underground, sekarang lebih ke simpel,” kata Anggra.
Awal memproduksi Okrick’s, Ia promosi ke teman-temannya terlebih dulu. Bahkan Ia memberikan gratis kepada anak band yang akan tampil di atas panggung. “Saya kasih gratis, suruh pakai pas ngeband,” jelasnya.
Setelah 2 tahun menjalankan usahanya, akhirnya Ia bisa menyewa tempat untuk toko atau distronya di Jalan Kyai Ghozali. “Hasil dari jualan, akhirnya bisa sewa tempat pada 2015,” ungkapnya.
Setelah sewanya habis, Ia membangun sendiri distronya di Desa Kebonagung, yang Ia tempati sampai saat ini. Anggra mengaku punya 3 orang karyawan. Sementara konsumennya, kebanyakan dari kalangan muda, khususnya anak-anak SMA.
Di tengah pandemi Covi-19, Anggra mengaku dirinya harus berjuang lebih keras untuk bertahan. Karena jumlah pembeli tak sebanyak waktu normal sebelumnya. “Selama pandemi ini, diakui pembelinya berkurang,” tegasnya.
Ia bersama teman-temannya juga ingin membangkitkan komunitas clothing di Lumajang agar aktif kembali. “Kita akan mengupayakan ini, agar semuanya bisa saling mendukung,” pungkasnya.
Di sisi lain, Bupati Lumajang Thoriqul Haq menegaskan, Pemkab Lumajang berkomitmen agar sektor UMKM cepat bangkit di tengah pandemi Covid-19. “Kita fokus menggerakkan perekonomian sektor bawah, terutama sektor UMKM bisa kembali tumbuh dan bergerak,” ujar bupati. (fit)