Jember, Motim-Pria bernama Mulyadi (35) warga Dusun Curah Kendal RT 003 RW 005, Desa Sukamakmur, Kecamatan Ajung, viral di medsos tiktok dengan peragaan busana dari bunga dan tanaman hasil kreasinya.
Pria pemilik akun tiktok bernama @gunmulya89 ini, dengan penampilan lemah gemulai, menunjukkan busana hasil kreasinya lewat medsos.
Tidak memiliki kemampuan menjahit busana secara profesional, dan hanya berbekal kemauan, pria yang berprofesi sehari-hari sebagai penjahit baju otodidak itu, memiliki 56.900 pengikut di medsos tiktok.
Kata Mulyadi, ada 30 busana hasil kreasinya yang benar-benar menggunakan bunga dan tanaman hidup.
Bahkan berkat kemampuannya itu, pria yang hanya lulusan SMP ini banyak mendapat pesanan membuat busana unik dari Singapura, Taiwan, Malaysia, dan Turki.
“Saya baru menekuni dunia fashion dari tanaman, bunga, dan buah-buahan itu. Sejak akhir Desember 2021 kemarin. Memangkan namanya penjahit pastinya suka model-model baju. Jadi saya ada ide mau bikin baju sesuai selera saya. Sampai sekarang kurang lebih 6 bulan, hasil karya saya ada 30 busana. Itupun kebanyakan request (pesanan) dari followers saya di tiktok,” kata Mulyadi saat dikonfirmasi lewat sambungan telepon, Minggu (5/6/2022).
Mulyadi mengaku sengaja, menampilkan hasil karya busananya lewat tiktok sebagai konten. Agar mendapat apresiasi dari masyarakat secara luas.
Namun diakui olehnya, dalam membuat busana kreasi dari tanaman, bunga, dan buah asli itu membutuhkan biaya tak sedikit.
“Karena saya tidak mempunyai modal (berharap ada yang mengapresiasi lewat medsos). Ya awalnya bikin baju dari daun nangka (paling mudah didapat dan banyak). Terus aku share di tiktok, kok rame banyak yang komen. Jadi saya semakin terpacu. Mungkin dari aku share lewat tiktok ini barangkali ada peluang bisa kerjasama dengan orang. Apalagi ada dorongan dari teman-teman juga,” ucapnya.
Untuk menciptakan ide kreatif busana yang akan dibuat, kata pria yang juga akrab dipanggil Mul ini, cukup dengan melihat bunga dan dedaunan yang ada di sekitar rumahnya.
“Jadi setiap kali melihat bunga, atau dedaunan, sudah terlintas dipikiran untuk merancang gaun. Jadi awalnya tidak termotivasi dari orang lain. Tidak ingin ikut-ikut, tapi jadi gitu. Setelah itu, saya unggah di medsos. Alhamdulillah banyak peminat, yang kommen dan mendukung saya. Jadi semakin memacu saya untuk berkreasi,” ujarnya.
Untuk model busana yang dibuat, katanya, benar-benar dari tanaman, bunga, ataupun buah-buahan.
“Saya ambil bagian daun, bunga, atau kulit buahnya. Kemudian saya kreasikan. Untuk pembuatan itu, saya jahit dan dianyam. Ada yang dalamannya pakai kain agar bisa dipakai. Ada yang anyaman dan memang harus telaten menjahitnya. Kalau tidak protol bungan atau daunnya,” kata Mulyadi.
Untuk peminat busana hasil kreasinya, juga diakui Mulyadi berasal dari luar negeri.
“Ada yang dari Turki, Singapura, Taiwan, dan Malaysia. Kalau Turki itu orang Indonesia tapi menikah dan tinggal di sana 32 tahun. Saat itu pesan dibuatkan dari Bunga Mawar. Saya bilang harganya mahal kalau dari bunga mawar. Saya akui saya tidak punya modal. Kalau dari daun-daun mungkin hanya modal staplesĀ sama 4 kotak isinya beres. Tapi kalau mawar mahal. Tiba-tiba minta nomor rekening saya, dan ditransfer Rp 1 juta. Saya gak percaya, dan langsung buat (merancang busana). Alhamdulillah,” katanya.
“Ternyata habis biaya Rp 900 ribu, dan kembali Rp 100 ribu. Saya bilang ke orangnya biaya itu ternyata habis untuk beli bunga saja, dan ada kembalian uang. Eh saya malah ditransfer lagi Rp 800 ribu. Seneng banget saat itu. Alhamdulillah puas dengan hasil karya saya,” sambungnya.
Diakui oleh Mulyadi, untuk busana pesanan orang itu. Tidak dikirim ke luar negeri atau diserahkan kepada pemesan.
“Tapi hanya minta foto atau video dan saya peragakan. Karena kan ini busana dari tanaman, bunga, ataupun buah asli. Jadi tidak saya kirim ke luar negeri. Tapi sebagai kenang-kenangan. Busana yang jadi itu saya awetkan dan saya pajang di rumah. Jadi bisa menjadi contoh dan hasil karya saya,” ungkapnya.
Dari pemesanan busana itu, Mulyadi juga menambahkan, kesulitan bahasa menjadi sedikit hambatan bagi dirinya.
“Tapi Alhamdulillah kan sekarang ada aplikasi translate (menerjemahkan) bahasa Inggris. Jadi lewat komunikasi itu. Alhamdulillah ini jadi berkah,” katanya dengan tertawa malu. (*)