Perjuangan Feri, Penyandang Disabilitas Pembuat Kaki Palsu, Bukan Sekadar Uang, Tapi Juga untuk Rasa Kemanusiaan

by -

Jember, Motim-Bagi Feri, membuat kaki palsu bukan sekadar pekerjaan yang bisa menghasilkan keuntungan. Namun lebih banyak merupakan perjuangan untuk tujuan kemanusiaan. Semangat itulah yang membuat pria 30 tahun ini tetap bertahan menjadi pembuat kaki palsu, meski usahanya sempat lesu akibat hantaman pandemi Covid-19.

Ditemui di rumahnya di Jalan Kaca Piring Kelurahan Gebang, Kecamatan Patrang,  penyandang disabilitas ini menceritakan pengalaman yang kemudian mendorongnya menekuni usaha membuat kaki palsu. Itu berawal ketika dia harus kehilangan salah satu kakinya akibat kecelakaan. “Saat itu saya kecelakaan,” terang Feri lirih.

banner 728x90

Dirinya paham betul kesulitan difabel untuk mencari kaki palsu yang pas dan juga belajar menggunakan kaki palsu. Oleh karena itu, Feri bersama dengan dua karyawannya di rumahnya terus berkarya untuk menghasilkan kaki palsu bagi yang membutuhkan.

Perlahan usahanya membuahkan hasil. Bamyak pesanan kaki palsu kepada Feri.

Namun kemudian pandemi Covid-19 membuat usahanya sepi. Order menurun drastis.

“Dulu awal pandemi benar-benar berat. Bahkan, 3 bulan awal sama sekali tidak ada pembeli,” jelasnya.

Padahal, sebelum pandemi bisa laku 4-5 kaki palsu dengan harga kisaran 1-5 juta. Selain itu, dirinya juga memiliki karyawan dan anak istri untuk dihidupi.

Tentu saja, hal ini membuat kehidupan Feri sempat kalang kabut. Dirinya harus memutar otak agar dapur tetap mengepul. Dirinya pun mencoba mencari sampingan berjulan.

“Sempat ikut berjualan kue kering bersama istri selama gak ada orderan kaki,” tuturnya. Berkat kegigihannya, dia tetap bertahan karena jualan sampingan itu.

Tapi, lambat laun mulai ada cahaya terang. “Di awal-awal saat pandemi hanya 1 kaki yang terjual,” tuturnya.

Inilah yang diakuinya cukup berat untuk UMKM seperti dirinya. Namun, Feri tidak menyerah begitu saja dengan keadaan. Dirinya terus mencoba berbagai cara agar usaha yang dirintisnya tetap bisa bertahan bahkan kalau bisa tentu menjadi lebih maju.

“Ya akhirnya mencoba berinovasi. Salah satunya menjemput bola,” terangnya.

Dirinya mulai cara turun memasarkan kaki palsunya. Dirinya mendatangi satu persatu warga difabel yang membutuhkan kaki palsu tersebut.

“Mulai buat dan membagikan brosur ke jalan-jalan.Bahkan sampai keluar kota juga,” terangnya. Dari online pun dijabanin oleh dirinya asalkan tetap bisa menghasilkan dan kaki palsunya bisa kembali laku.

Dia menerangkan jika berjualan kaki palsu sangat berbeda dengan jualan produk lainnya. Kaki palsu harus dibuat sesuai dengan kebutuhan dari warga difabel. Jadi setiap kaki digarap unik sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Serta kakinya tidak bisa atau tidak cocok jika digunakan oleh orang lain.

Itu jika dari sisi penggunaan. Ada lagi dari sisi style atau gaya yang berbeda dari setiap orang berbeda. Oleh karena itu, kaki palsu dibuat khusus untuk masing-masing difabel.

“Saat awal memakai juga tidak langsung pas. Harus diajar menggunakannya. Makanya kalau di luar kota ya harus didatangi dan diajari menggunakannya,” terangnya.

Oleh karena itu, diakui Feri, pengrajin kaki palsu bukan hanya sekadar mendapatkan untung belaka. Namun, ada sisi kemanusiaan yang lebih dikedepankan. Makanya, meskipun cukup berat tidak membuatnya berhenti untuk berkarya menghasilkan kaki palsu. Ternyata, lambat laun yang dilakukan pihaknya mulai membuahkan hasil.

Usahanya mulai normal kembali dan mendapatkan respon positif. Bahkan, sebelum pandemi dirinya hanya memiliki satu karyawan, kini punya dua karyawan ditambah 5 orang freelance yang membantunya. Dirinya bahkan juga sering diundang jadi motivator ke luar kota untuk para korban laka yang harus di amputasi. Lama kelamaan ternyata dirinya mulai kewalahan melayani masyarakat.

“Di bulan Desember bahkan mulai kewalahan karena banyak order dan reparasi dari madura dari Banyuwangi Dan Lumajang,” jelasnya.

Bahkan, bulan ini omsetnya naik biasanya hanya 3-4 kaki, sekarang bisa 6-8 kaki belum yang melakukan reparasi. Meskipun sudah mulai normal, dirinya tidak lupa untuk terus semangat membantu sesama.

Dirinya berharap kedepan kondisinya segera normal, begitu juga dengan usahanya. Termasuk juga harapn besar agar warga difabel bisa semakin berdaya guna.(sp)

banner 728x90

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.