Surabaya Motim – Adhy Karyono Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur (Jatim) diminta oleh Joko Widodo (Jokowi) Presiden untuk menyiapkan langkah antisipasi menghadapi dampak kemarau panjang.
Terkait hal itu, Pj Gubernur Jatim menyebut, Jokowi berpesan supaya daerah penopang pangan nasional seperti Jatim harus menjaga produktivitas. Bahkan, jika bisa meningkatkan hasil bahan pangan yang berlipat.
Merespon pesan Presiden RI, Adhy menyebut bahwa komoditas asal Jatim akan tetap surplus di tahun ini. Sebab Jatim memiliki lahan tanam komoditas yang cukup luas, salah satunya adalah beras.
Meski optimis akan surplus di tahun ini, Adhy menegaskan bahwa Pemprov Jatim tetap menyiapkan langkah antisipasi untuk menghadapi kemarau panjang.
“Ancaman musim kemarau di antaranya potensi terjadinya pengurangan stok akibat menurunnya produktivitas. Maka dari itu, ini harus kita antisipasi betul, agar produktivitas tetap terjaga,” kata Adhy di Jakarta, Jumat (14/6/2024).
Dia menyatakan, untuk menjaga produktivitas bahan pangan Jatim, pihaknya telah berkolaborasi dengan pemerintah pusat melalui penyaluran berbagai bantuan.
Salah satu contohnya adalah pemberian 6.000 pompa air dari pemerintah pusat untuk sektor pertanian. Dengan bantuan itu, pihaknya optimistis bahwa musim kemarau nanti produktivitas tetap terjaga.
Dengan bantuan pompa air itu, nantinya masa panen bisa ditingkatkan dari yang semula satu kali, bisa dua sampai tiga kali dalam setahun. Sehingga target hasil panen melimpah dari Jokowi di musim kemarau dapat direalisasikan.
“Selain itu, mampu mencegah gagal panen di musim kemarau sehingga kebutuhan dan ketersediaan pasokan yang selama ini disuplai Jatim kepada 20 provinsi dapat terpenuhi,” ungkapnya.
Adapun pesan untuk antisipasi kemarau panjang disampaikan Jokowi dalam Rapat Kerja Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Award di Istana Negara, Jakarta, Jumat.
Jokowi Presiden mengingatkan seluruh kepala daerah tetap waspada dan tidak boleh lengah dalam menghadapi musim kemarau.
Sebab, lanjut Kepala Negara, berdasarkan laporan Sekjen PBB bahwa dunia menuju pada neraka iklim. Suhu akan mencapai rekor tertinggi dalam lima tahun ke depan.
“Satu pekan terakhir ini memang kita merasakan betul adanya gelombang panas. Periode terpanas, India 50 derajat celcius, Myanmar 58 derajat celcius. Panas sekali,” ujarnya.
Perubahan iklim dan warning dari PBB menjadi catatan penting bagi Jokowi, khususnya di sektor pangan. WHO mengatakan, apabila didiamkan maka diprediksi tahun 2050 dunia akan mengalami kelaparan berat dan 50 juta petani akan mengalami kekurangan air.
“Ini yang harus dikerjakan dan diantisipasi mulai sekarang. Jangan main-main urusan air dan jangan main-main urusan gelombang panas karena larinya bisa ke inflasi. Ketika stok menipis, produksi berkurang maka otomatis inflasi akan naik dan ini urusan kehidupan manusia,” ucap Jokowi.(*/ady)