Lumajang, Motim-Asropin, petani jamur merang yang berada di Desa Sumbersuko, Kecamatan Lumajang terus melakukan pembenahan. Usaha budidaya jamur yang ditekuninya sejak 4 tahun lalu, terus mengalami perkembangan.
Awalnya, ia hanya mempunyai 3-4 kumbung jamur merang. Saat ini, ia sudah memiliki kurang lebih 12 kumbung yang dikelolahnya bersama istri. Bahkan dirinya sudah mengantongi Ijin Usaha Mikro Kecil (IUMK).
Kepada Memo Timur Ia menyampaikan jika usaha jamur merang ini memiliki prospek yang sangat bagus, sebab pesaingnya masih sangat sedikit.
“Klo kendala pasti ada, yang Saya harapkan ada campur tangan dari pemerintah seperti di kabupaten lain,” ucapnya.
Sebab kendala yang dialaminya selama ini, di Lumajang masih belum ada komunitas budidaya jamur merang. Padahal permintaan pasar akan jamur merang sangat tinggi. Sehingga banyak pemesan jamur merang yang tidak tercukupi.
“Panen setiap harinya tidak tentu, kadang 20 kilo, kadang sampai 50 kilo,” jelasnya.
Untuk pemasarannya, Asropin masih melakukan secara konvensional dengan cara mengirim jamur hasil budidayanya ke pengepul di pasar Baru Lumajang. Selanjutnya, oleh pengepul dikemas dalam kemasan plastik dan dijual per ons ke mlijo-mlijo.
Rasa jamur merang menurutnya lebih kenyal dan lebih enak. Berbeda dengan jamur tiram yang sudah lama dijual di pasar-pasar.
“Harga dari saya perkilonya antara 20-25 ribu, klo dari pengepul sekitar 30 ribuan,” tambahnya.
Meskipun sudah mengantongi ijin usaha, Asropin mengaku belum ada perhatian dari pemerintah, baik dari segi bantuan maupun pembinaan. Ia merasa pesimis bila mengajukan bantuan.
“Kalau orang kecamatan ada yang pesan, tapi tidak banyak,” akunya.(cw7)