Jember,Motim
Pesawat jenis Cessna Grand Caravan berkapasitas 12 penumpang akan beroperasi di Bandara Notohadinegoro, Kabupaten Jember, Jawa Timur, selama tiga bulan ke depan. Pemerintah Kabupaten Jember berharap penerbangan ini bisa menggairahkan perekonomian.
Pesawat ini milik dan dioperasikan oleh PT Amaya Alam Semesta. Rencananya, setiap hari akan ada dua kali penerbangan menuju dan dari Surabaya.
Penerbangan pertama dengan rute Jember-Surabaya akan bertolak pada pukul 06.00 WIB dan rute Surabaya-Jember pada pukul 06.45. Penerbangan akan ditempuh dalam waktu 30 menit.
Penerbangan kedua dijadwalkan pada sore hari. Keberangkatan pesawat rute Jember-Surabaya pada pukul 16.00 dan rute Surabaya-Jember padsa pukul 16.45.
“Seharusnya penerbangannya mulai besok, berlangsung hingga Maret 2023,” kata Kepala Dinas Perhubungan Jember Agus Wijaya, Rabu (21/12/2022).
Penerbangan ini untuk menghidupkan Bandara Notohadinegoro. “Karena ekonomi Jember sudah mulai bangkit dan baik. Pertumbuhan ekonominya mulai meningkat. Sarana transportasi kami sediakan. Ada pesawat yang mau terbang dari Surabaya ke Jember (dan sebaliknya),” kata Agus.
Agus menyebut pesawat yang akan beroperasi tersebut tak ubahnya pengumpan untuk menghidupkan lalu lintas udara. “Nantinya kalau permintaan banyak, okupansi banyak. Sehari saja ada 50 penumpang, berarti kami harus mencari pesawat dengan kapasitas 50 penumpang,” katanya.
Tiket pesawat dibanderol dengan harga Rp1,25 juta per kursi. “Namun, jika membeli dua tiket langsung, ada harga promo, dihargai Rp650 ribu per tiket. Mumpung ini ada promo untuk menyambut Hari Jadi Jember,” kata Agus.
Ini mengulangi peristiwa 14 tahun silam, tepatnya 29 Agustus 2008. Saat itu pesawat tipe LET 410 buatan Cekoslowakia dari maskapai Tri MG terbang pertama kali di Jember, menghidupkan bandara yang sudah lama tak aktif.
Jadwal penerbangannya dalam sehari saat itu lebih banyak. Pesawat bertolak dari Bandara Juanda menuju Bandara Notohadinegoro pada pukul 07.30, 10.30, dan 13.30. Sementara dari bBandara Notohadinegoro, pesawat berangkat pukul 08.45, 11.45, dan 14.45. Tiket dibanderol Rp300 ribu per lembar.
Berbeda dengan 2008, saat ini tidak ada subsidi dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Jember. “Ini murni dari pihak swasta, tidak ada APBD. Kami membebaskan retribusi pendaratan dan parkir pesawat. Istilahnya insentif,” kata Agus.
Ternyata rencana Pemkab Jember ini sejalan dengan pemerintah pusat. Rencananya pada Januari 2023 rencananya pesawat perintis Jember – Sumenep juga akan beroperasi.
“Itu bantuan dari pemeritah pusat. Kami belum tahu kapanj pastinya, karena itu langsung dari Kementerian Perhubungan,” kata Agus.
Agus mengatakan, semua investor saat ini sedang membaca situasi di Jember. “Semua wait and see, termasuk untuk rencana pembukaan bandara kargo. Kalau ini berhasil Insya Allah, (rencana bandara) kargo ini hidup lagi. Kita coba pesawat kecil dulu, ada animo tidak. Pemberangkatan pesawat pagi jarang ada. Kita buat jam pagi kan belum pernah,” katanya.
Agus mengaku banyak menerima telepon yang menanyakan hal-ihwal penerbangan pesawat tersebut. “Mereka mau membantu dan mengisi perekonimian Jember,” katanya. (sp)