Jember, Motim – Minat kaum milenial menekuni pertanian terbilang kecil. Padahal, jika benar-benar ditekuni sektor ini menjanjikan ekonomi yang tinggi. Karena itulah, sektor pertanian di Jember membutuhkan regenerasi agar tetap bisa bertahan sebagai sektor strategis pada masa mendatang. Pemerintah daerah setempat harus hadir dalam proses regenerasi tersebut.
Hal ini diungkapkan Ifan Ariadna, calon wakil bupati yang diusung bersama calon bupati Abdus Salam oleh koalisi PDI Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, Partai Golkar, Perindo, dan Partai Berkarya, dalam pemilihan kepala daerah di Jember, tahun ini.
“Pemuda yang saat ini enggan turun ke sawah harus diberi stimulus untuk kembali menjadi petani, karena akan ada ledakan masalah dalam waktu 10 tahun ke depan kalau (masalah regenerasi) ini tidak cepat diberi solusi,” kata pria asli Kecamatan Bangsalsari, ini.
Regenerasi pelaku bidang pertanian adalah kunci. “Kalau kita monitoring di lapangan, saat ini orang-orang yang bekerja di lahan persawahan adalah yang berusia 50 tahun ke atas,” kata Ifan.
Ifan mencontohkan sektor pertanian di Thailand dan Vietnam yang diisi oleh generasi muda. “Sektor pertanian menjadi kekuatan di sana,” katanya.
Menurut worldagriculturalproduction.com, China masih menduduki peringkat pertama produsen beras di dunia, diikuti India dan Indonesia. Sementara untuk untuk di Asia Tenggara, Indonesia menduduki peringkat pertama diikuti Vietnam dan Thailand.
Sementara itu, Kementerian Pertanian mencatat petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang, atau sekitar 8 persen dari total petani yang berjumlah 33,4 juta orang. Khusus untuk di Jawa Timur, hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018 yang digelar Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, bahwa terjadi penurunan jumlah petani muda (usia di bawah 45 tahun) sebesar 3,11 persen dibandingkan dengan hasil Sensus Pertanian 2013 (ST2013). Lebih dari 44 ribu orang petani muda memilih bekerja di sektor lain.
Situasi ini, menurut Ifan, tak bisa dibiarkan terus-menerus. Apalagi Jember adalah salah satu lumbung pangan. Tahun 2017, produksi padi di Jember terbesar di Indonesia. Namun di sisi lain, berdasarkan data tahun 2017, pendapatan petani secara nasional justru menurun.
“Kita harus merevitalisasi bidang pertanian, mulai dari cara pengelolaan, bagaimana kita memberikan stimulus permodalan, alat-alat pertanian modern, cara bertani modern, dengan pendampingan dari para pakar. Kita punya Universitas Jember sebagai stakeholder. Kenapa kita tidak turunkan pakar-pakar di situ untuk memberikan pembinaan,” kata Ifan.
Salam dan Ifan akan memberikan stimulus beasiswa kepada semua mahasiswa asli Jember lulusan fakultas pertanian yang mau turun ke sawah menjadi pendamping atau bekerja di desanya. “Mereka melengkapi fungsi penyuluh pertanian lapangan. Ketimbang anak fakultas pertanian jadi pegawai bank, kan kita aplikasikan ilmunya untuk bidang yang lebih sesuai. Kita arahkan dengan adanya stimulus dan perhatian pemerintah,” kata alumnus Himpunan Mahasiswa Islam ini. (sp)