Lumajang, Motim – Kerisauan petani tembakau bukan masalah kelangkaan pupuk saja. Pangsa pasar juga menjadi salah satu penyebabnya. Seperti perusahaan yang menutup gudangnya karena pandemi.
Ditambah lagi dengan musim kemarau basah yang menyebabkan cuaca tidak pasti, akibatnya kualitas tembakau jadi tidak menentu dan cenderung turun kualitasnya. Karena pengolahan tembakau sangat bergantung pada cuaca panas. Lengkap sudah kekhawatiran yang dirasakan oleh petani tembakau.
Kepala Dinas Perdagangan, Hairil Diani menyampaikan bahwa pihaknya tidak bisa mengintervensi harga tembakau, karena tataniaganya menggunakan sistem kemitraan. “Untuk tembakau, kita hanya sebatas memediasi saja,” jelasnya, Minggu (4/10).
Dalam upaya mengangkat nilai jual tembakau Lumajang, ia mengaku hanya sebatas mempromosikannya pada event-event tertentu di daerah lain.
“Lumajang bukan pemilik perusahaan rokok, jadi tembakau kita packing dan kita bantu promosikan,” jelasnya.
Tembakau Lumajang dikenal sebagai tembakau bumbu atau vlavour yang selalu dibutuhkan oleh perusahaan rokok. Meskipun jumlahnya tidak banyak.
Seminggu yang lalu, ada perusahaan yang tutup gudang atau sementara tidak menerima tembakau dari petani karena pandemi. Akhirnya, Bupati Lumajang, Thoriqul Haq mendatangi perusahaan tersebut dan memediasi antara petani dengan perusahaan.
Berbeda dengan yang dialami oleh Deni Suwarno, salah satu petani tembakau white burley di Desa Tumpeng, Kecamatan Candipuro, yang memiliki 8 gudang pengeringan tembakau ini. Dirinya mengaku usahanya tergolong aman. Sebab, selama ini dirinya setor tembakau krosok.
“Kalau tembakau krosok lebih cepat terserap pasar Mas, berbeda dengan tembaku rajangan,” katanya.
Tembakau krosok identik dengan tembakau kualitas ekspor yang banyak dibutuhkan oleh negara lain, berbeda dengan tembakau rajangan yang hanya dijual lokalan. Meskipun dalam kondisi pandemi, kegiatan ekspor tembakau terganjal. Namun masih bisa terserap dengan baik di dalam negeri.
Namun sayang, meskipun Lumajang pernah jaya dengan produksi dan kualitas tembakaunya, akan tetapi masyarkat tidak menikmati tembakau yang berkualitas ekspor. Ironis sekali. (cw7)