Jember, Motim – Metode menanam tanaman hias menggunakan media lumut dikembangkan dosen dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UM) Jember. Hal ini dilakukan sebagai edukasi kepada masyarakat ditengah pandemi Covid-19.
Pasalnya saat ini sedang tren hoby bertanam tanaman hias di rumah, namun memiliki kendala lahan terbatas karena berada di wilayah perkotaan.
Kegiatan mengembangkan metode bertanam itu, dilakukan melalui giat pengabdian masyarakat oleh dosen dan mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta) di Desa Wirolegi, Kecamatan Pakusari.
Kegiatan bertanam dengan media lumut itu bernama Kokedama dari dua kata, Koke : Lumut dan Dama : Bulat. Yang diketahui metode bertanam ini berasal dari Jepang.
Kepala Laboratorium Faperta, Hidayah Murtyaningsih menjelaskan edukasi tentang tanaman hias itu tidak dilakukan serta merta langsung berhasil.
Sebanyak sembilan orang anggota yang terdiri dari dosen Agribisnis, Agroindustri, TIP, dan sisanya mahasiswa itu, melakukan banyak percobaan untuk metode bertanam dengan media lumut itu.
“Awal percobaan metode ini banyak mengalami (proses) trial and error. Sampai akhirnya berhasil dan bisa mengembangkan sejumlah varietas. Kemudian diberi nama KokedamaMU. Artinya Kokedama dari MU,” ujar Hidayah saat dikonfirmasi wartawan, Sabtu (31/10).
Dari pengembangan dan sejumlah percobaan, lanjut Hidayah, akhirnya bisa mengembangkan empat jenis varietas.
“Yaitu tanaman sukulen, golongan sansevieria, anggrek, dan golongan adam hawa,” sebutnya.
Membuat media lumut yang dibentuk bulat itu, Hidayah menjelaskan, caranya mencampur tanaman yang dipilih dengan tanah bonsai dan lumut, lalu ikat dengan tali goni membentuk bulatan.
Hidayah mengatakan, semua tanaman bisa digunakan metode ini khususnya yang berukuran kecil.
“Misalnya, tanaman Anggrek diberi media tanam arang kemudian dilapisi sabut kelapa,” katanya.
Hidayah juga menambahkan, Kokedama bisa menghiasi meja ruang tamu atau diletakkan di pot menggantung di depan rumah tanpa takut kotor oleh tanah. Lebih dari itu, Kokedamu saat ini tidak hanya terbatas digunakan untuk penelitian. Akan tetapi mulai dikembangkan untuk dipasarkan secara internal dan eksternal.
“Kita masih menjual di lingkup internal namun konsumen juga ada yang berasal dari luar UM Jember. Sampai saat ini kita masih terus mengembangkan pasarnya,” ungkap dosen Pertanian itu.
Untuk penggunaan Kokedama ini, juga mulai digunakan pada tanaman golongan sirih gading dan janda bolong.
Lebih jauh Hidayah mengatakan, untuk pemasaran eksternal pihaknya juga menjalin mitra dengan pedagang bunga di sekitar Jember.
“Nantinya kita juga akan mengemas KokedamaMU secara terpisah antara tanaman, media tanam dan mossnya sehingga konsumen bisa merakit sendiri di rumah.”
Harga KokedamaMU dibandrol dengan kisaran 20-50ribu tergantung jenis tanaman. “Untuk Anggrek bisa dibandrol dengan harga ratusan ribu,” pungkasnya.