Jember, Motim-Sebuah video berdurasi 16 detik tersebar di sejumlah media sosial dan grup whatsapp, Senin (26/7/2021). Menunjukkan jenazah berada di pinggir jalan bersebelahan dengan mobil ambulans desa.
Dalam video tersebut, si perekam yang diduga perempuan memberikan narasi jika jenazah itu berada di pinggir jalan tidak segera diangkut ke dalam mobil ambulans.
“Ini ada mayat Covid di jalan gak ada yang angkat. Ini di Jember ini. Ini bukti nyata kalau Covid. Ini lihat ini! Tidak ada yang angkat (ke dalam mobil ambulans). Bukti nyata Covid! Kalau masih gak percaya di Jember,” ucap si perekam video tersebut.
Dari informasi yang dihimpun wartawan di lapangan. Video tersebut tersebar sejak Minggu sore (25/7) kemarin. Yang menurut informasi, lokasi jenazah tersebut adalah seorang warga yang tinggal di Jalan Sultan Agung Gang Babian belakang Toko Mebel Bintang.
Tepatnya, RT 001 RW 015 Lingkungan Kampung Tengah, Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Kaliwates.
Saat hal ini dikonfirmasi kepada Ketua RT Setempat FX Kuswartono. Jenazah itu adalah warganya yang meninggal karena sakit, saat menjalani isolasi mandiri rumahnya.
“Itu tidak kemudian tergeletak begitu, tetapi proses mau dimasukkan ke mobil ambulans. Saat itu pasien itu akan dimasukkan dan ada dua orang petugas dengan memakai pakaian APD lengkap,” kata Kuswartono saat dikonfirmasi di rumahnya.
Menurut pria yang akrab dipanggil Frans ini, saat akan dimasukkan ke dalam mobil ambulans. Ada suaminya saat itu yang sedang menunggu di dalam mobil ambulans.
“Yang meninggal kemarin itu, seorang ibu yang selisih beberapa hari sebelumnya ibu mertuanya juga meninggal. Jadi dalam satu rumah itu ada dua orang yang meninggal,” katanya.
Untuk yang meninggal itu, lanjutnya, kedua jenazah terkonfirmasi positif Covid-19.
“Yang meninggal pertama ibu mertuanya itu terkonfirmasi positif Covid. Yang kemarin (tampak dalam video tergeletak di pinggir jalan) itu, saat itu belum meninggal, tapi masih mau dibawa ke RS Kaliwates kalau tidak salah. Karena sakit. Tapi kemudian malamnya gitu, dikabarkan meninggal dan juga sama positif Covid juga,” jelasnya.
Sebagai langkah antisipasi penyebaran virus Covid-19 di wilayahnya, lanjut Frans, saat ini jalanan di sekitar wilayah warganya yang meninggal itu ditutup.
“Jalanan itu ditutup, khususnya di wilayah rumah yang meninggal itu. Sebagai upaya isolasi mandir. Agar tidak ada akses jalan agar tidak sliweran. Untuk sementara waktu. Koordinasi dilakukan dengan Pak Kampung dan juga Babinsa setempat,” katanya.
Terpisah menanggapi adanya jenazah yang tergeletak di pinggir jalan. Kepala Puskesmas Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates dr. Rumi Enggarwati mengatakan. Jika jenazah tersebut bukannya tergeletak di pinggir jalan.
“Terkait video yang (disampaikan) jenazah ditelantarkan atau dibiarkan itu. Itu tidak benar. Dari video itu ada petugas saya, dan ada mobil ambulans puskesmas yang stand by di sana untuk memberikan bantuan,” kata dokter Rumi.
Ia menjelaskan, petugas kesehatan yang ada di lokasi tersebut. Awalnya menerima informasi jika ada warga yang sedang isoman kemudian sakit.
“Kemudian menghubungi kami untuk minta dibawa ke rumah sakit. Selanjutnya kami merujuk ambulans puskesmas untuk membawa ke rumah sakit Kaliwates. Tapi kenapa tidak berangkat, karena berangkat (roda tandu) ada kemacetan roda tidak turun. Sehingga ditaruh di bawah itu,” jelasnya.
Tapi sesaat kemudian, dibantu petugas lainnya dan juga suami pasien diangkat ke dalam mobil ambulans.
“Nah saat di bawah itu, kemudian direkam video itu yang dikatakan sedang tergeletak di pinggir jalan. Padahal tidak begitu,” jelasnya.
“Selanjutnya dibawa ke rumah sakit dan dilakukan pemeriksaan dan dinyatakan meninggal dengan hasil swabnya positif,” sambungnya.
Kemudian karena meninggal terkonfirmasi positif maka dilakukan pemulasaran jenazah dengan protokol Covid-19.
Terkait warga yang meninggal itu, dokter Rumi menambahkan, jika dalam satu rumah ada dua orang yang meninggal.
“Sebelumnya itu, orang tuanya (ibu mertua) yang meninggal. Selisih sehari, kemudian kemarin yang meninggal ibu itu (menantunya). Yang sebelumnya sempat kritis, karena keluhan sesak napas. Untuk keluarga di satu rumah itu kita lakukan monitoring, dan karena masih masa berkabung maunya isolasi mandiri,” ulasnya.
“Selanjutnya kita lakukan 3T, karena adanya kasus tersebut di wilayah setempat,” imbuhnya.