Jember, Motim – Sebuah rumah kos yang ada di Perumahan Jawa Asri, Kelurahan/ Kecamatan Sumbersari, digerebek warga, Minggu (01/11) malam. Mereka kesal dengan ulah para penghuni salah satu rumah kos yang kerap kali membawa perempuan bukan pasangan resmi untuk menginap selama berhari-hari.
Dari penggerebekan itu, didapati sebanyak 4 laki-laki penghuni kos sedang bersama perempuan di dalam kamar. Selebihnya, hanya seorang penghuni yang sedang sendirian. Kepada warga, mereka mengakui bukan pasangan yang terikat perkawinan resmi, tapi berdalih tempat kosnya bersifat bebas.
Insiden penggerebekan itu direkam dengan kamera ponsel sehingga, videonya menyebar luas di media sosial. Kian ramai diperbincangkan lantaran rumah kos beralamat tepat di Jalan Jawa IV C tersebut milik AKP Putu Adi Kusuma, perwira polisi aktif yang menjabat Kapolsek Bangsalsari.
Putu sendiri mengakui peristiwa penggerebekan itu saat menanggapi konfirmasi para wartawan, Senin (02/11). Dia mendukung penuh sikap warga, karena rumah kosnya bukan bebas seperti yang diutarakan para penghuni saat digerebek warga.
Putu merasa aturan yang diterapkannya hanya membolehkan penghuni kos menerima kedatangan orang lain sebagai tamu, namun dilarang menginapkannya.
“Sudah tertulis itu rumah kos cowok. Kalau ada yang bawa cewek, itu tanggung jawab pribadi masing-masing. Yang ngekos jangan mengadu domba saya dengan warga,” katanya.
Menurutnya, penghuni rumah kos terdiri dari mahasiswa dan pegawai swasta yang masih lajang. Setiap bulan membayar sewa Rp 550 ribu per bulan. Putu tidak keberatan apabila warga nantinya memutuskan penghuni kos diusir dengan alasan melanggar norma sosial, atau bahkan hukum sekalipun.
“Kalau warga minta dikeluarkan, ya saya keluarkan. Memang melanggar aturan. Saya bilang itu kos cowok gak ada bebas,” tegasnya.
Sedangkan, Haris dari pihak warga bercerita bahwa penggerebekan di rumah kos tersebut terhitung sudah kedua kalinya. Kelakuan penghuni kos yang terkesan ‘kumpul kebo’ bakal berdampak menimbulkan stigma negatif bagi lingkungan setempat.
Haris mengatakan, warga juga sangat meresahkan efek ke anak-anak sekitar apabila membiarkan terjadinya perilaku menyimpang dari penghuni kos.
“Kita ingin lingkungan bersih, gak ada yang begitu-begitu. Sudah kedua kalinya, tapi tetap saja masih nginapkan perempuan. Warga kan risih, sehingga sepakat melakukan penggerebekan,” ujarnya.
Warga sudah mengontak para orang tua penghuni kos dan meminta digelar pertemuan bersama. Tujuannya, lanjut Haris agar mengetahui kejadian sebenarnya dan membuat keputusan final mengenai keberlanjutan penghuni kos.
Haris menambahkan, masih berusaha menghubungi Putu selaku pemilik kos untuk turut dalam pertemuan. “Sejauh ini belum ada saya lihat di group pemilik melakukan konfirmasi untuk bicara ke warga. Tadi (kemarin) malam saya telepon tidak diangkat,” pungkasnya. (sp)